Sponsor

Sabtu, November 28, 2009

Wanita Berjilbab Ditusuk Perampas HP

JAKARTA, MP - Penjahat yang satu ini sangat sadis. Hanya untuk mendapatkan HP, dia tega menusuk korban hingga menderita 8 tusukan. Untung pelaku dapat diringkus oleh anggota polantas yang kebetulan lewat di tempat kejadian.

Dari informasi Humas Polda Metro Jaya disebutkabn, penusukan itu terjadi 27 November 2009 sekitat pukul 11.00 Wib di salah satu warung kopi Jalan Bekasi Raya depan PT. Mahkota Indonesia, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Tersangka Untung Ahmad Bakri, 22, merampas HP milik Juju Jubaedah, 28. Rupanya karena korban melawan, Untung Agus Riyadi, dengan membabi buta menusuk wanita berjilbab itu pakai pisau stainlees hingga korban menderita luka tusuk 8 lubang.

Briptu Ahmad Bakri, anggota Sat Lantas Polres Metro Jakarta Utara, yang ketika itu melintas melihat kejadian itu berusaha mengejar tersangka.

Berkat kesigapan anggota polantas ini, tersangka diringkus ketika bersembunyi di rumah warga yang kemudian diserahkan ke Polsek Metro Kelapagading. Sementara korban dilarikan ke RS Mediros di Jalan Perintis Kemerdekaan. Hingga pagi ini masih dalam perawatan
Polsek Metro Kelapa Gading masih memeriksa tersangka yang diduga sudah sering merampas HP milik warga. Polisi menyita pisau stainless warna hitam putih milik pelaku dan jilbab berlumuran darah milik korban.(red/*pk)

Luhut: Kasus Bibit – Chandra Bisa SKPP

JAKARTA, MP - Jaksa Agung Hendarman Supandji menyatakan, Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP), terkait kasus dugaan penyuapan dan penyalahgunaan wewenang yang dituduhkan terhadap pimpinan KPK non-aktif Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, akan dikeluarkan jika jaksa peneliti berkas menyatakan kasus tidak layak dilakukan penuntutan. Namun jika layak, kasus akan diserahkan pada Jaksa Agung untuk dideponir.

Menanggapi pernyataan Jaksa Agung ini, Praktisi hukum, Luhut M. Pangaribuan di Jakarta, Sabtu, mengatakana dirinya optimis kasus pimpinan KPK non-aktif Bibit S Rianto dan Chandra M Hamzah bisa di SKPP oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).

“Saya pikir Kejagung seharusnya segera keluarkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP) atas kasus pak Bibit dan Chandra, karena memang tidak layak di bawa ke pengadilan” kata Luhut.

Luhut menambahkan sejak awal memang penahanan terhadap Bibit dan Chandra penuh dengan aroma politik, sehingga seluruh tuduhan terhadap mereka tidak berdasar dan tidak jelas alasan hukumnya.

“Kalau Kejagung segera mengeluarkan SKPP maka dengan sendirinya citra Kejagung dan kepolisian akan kembali pulih. Selama ini memang citra dua lembaga penegak hukum ini di mata publik buruk karena telah dengan sengaja mengkriminalisasi KPK,” jelas Luhut.

Menurut luhut secara administrasi memang mengeluarkan SKPP tidak memakan waktu yang lama . “SKPP bisa keluar dalam satu atau dua minggu. Jadi setelah SKPP keluar maka Pak Chandra dan Pak Bibit bisa kembali memimpin KPK,” ujar Luhut.

Dikatakan Luhut saat ini konsistensi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang diuji, yaitu agar kasus ini tidak dibawa ke pengadilan. “Ini yang ditunggu oleh masyarakat dan komitmen Presiden dalam pemberantasan korupsi itu direalisasikan, dengan mengembalikan Bibit dan Chandra untuk memimpin KPK,” komentar Luhut.

Sementara itu ketika ditanya apakah langkah Polri dan Kejagung untuk menghentikan kasus Bibit dan Chandra karena desakan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Luhut mengatakan hal itu wajar saja.

“Saya pikir hal itu wajar saja, karena Kapolri dan Jaksa agung adalah bawahan Presiden. Jadi dalam hal ini sepertinya presiden ingin citra kedua lembaga penegak hukum ini kembali pulih, maka langkah untuk menghentikan kasus Bibit dan Chandra harus segera dilakukan,” ungkap Luhut.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya rencananya pada Senin 30 November mendatang polisi akan menyerahkan berkas Bibit S Rianto ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Selatan.

Sementara itu pada Kamis 26 November lalu berkas Chandra M Hamzah telah dilimpahkan ke Kejari Jakarta Selatan. Kejari pun segera menindaklanjuti dengan membentuk Jaksa P16a untuk meneliti kelengkapan berkas Chandra.(red/*mtn)

Jumat, November 27, 2009

Warga Bintara Tenggelam di KBT Pondokkopi

JAKARTA, MP - Nasib naas menimpa Umar Ali (27), warga Bintara XII RT 03/09, Bekasi Barat, Bekasi. Umar tewas setelah tenggelam di proyek Kanal Banjir Timur (KBT) Pondokkopi, Jakarta Timur, Jumat (27/11).

Keterangan yang dihimpun di lapangan menyebutkan, Jumat (27/11) pukul 07.30 korban bersama adiknya, Muhammad Nur (22), tengah mencari makanan ikan di pinggiran proyek KBT. Keduanya menyusuri aliran KBT, tepatnya di lingkungan RT 08/03 Pondokkopi, Durensawit. Sialnya, lumpur yang diinjak korban saat itu langsung amblas sehingga korban terperosok ke dasar KBT yang dalamnya mencapai 160 sentimeter.

Melihat kejadian ini, adiknya yang posisinya berjarak kurang lebih 10 meter di belakangnya, mencoba melakukan pertolongan. Namun usaha pemuda ini sia-sia sebab kakaknya itu justru makin terperosok dan lenyap tertelan lumpur. Ia pun histeris dan meminta tolong kepada warga setempat.

Beberapa warga mencoba mencari korban dengan cara menyelam ke dalam aliran KBT. Namun usaha beberapa warga ini tak membuahkan hasil sehingga akhirnya warga melaporkan hal tersebut ke aparat kepolisian setempat.

“Lumpurnya terlalu dalam dan di sekelilingnya banyak genangan air. Mungkin korban tak bisa berenang sehingga langsung tenggelam,” ujar Solahudin, warga setempat, Jumat (27/11).

Korban baru dapat ditemukan warga bersama aparat kepolisian setempat 3 jam kemudian. Namun korban sudah dalam keadaan tidak bernyawa. “Kalau musim hujan memang banyak orang mencari makanan ikan di sini mas. Tapi kalau yang terperosok sampai meninggal ya baru kali ini saja terjadi,” timpal warga lainnya.

Kini jasad korban langsung disemayamkan di rumah duka di Bintara XII RT 03 RW 09, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jawa Barat. Sedangkan kasusnya kini tengah ditangani aparat Polsek Durensawit.

Kanit Jatanras (Kejahatan dan Kekerasan) Polsek Durensawit, Iptu Dyah Tien, mengatakan, saat ini kasus tersebut masih dalam penyelidikan. Guna penyelidikan, pihaknya akan memanggil pihak terkait dan mengecek ke lapangan apakah di TKP (tempat kejadian perkara) sudah dipasangi rambu-rambu peringatan tanda bahaya atau belum. “Kami masih menyelidiki kasus tersebut,” ujarnya. (red/*bj)

Kamis, November 26, 2009

KPK Resmi Selidiki Kasus Anggodo

JAKARTA, MP - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menyelidiki kasus yang diduga melibatkan Anggodo Widjojo, adik Anggoro Widjojo – orang yang tersangkut kasus dugaan korupsi yang sedang ditangani KPK.

“Surat perintah penyelidikannya sudah ditandatangani,” kata Juru Bicara KPK Johan Budi kepada wartawan di Jakarta, Kamis.

Setelah naik ke tahap penyelidikan, kata Johan, KPK kemungkinan akan segera melakukan pemanggilan kepada sejumlah pihak yang bisa melengkapi informasi untuk mengusut perkara itu. “Namun saya tidak bisa merinci posisi kasus ini karena masih dalam penyelidikan,” kata Johan.

Tim dari KPK dan Polri akan melakukan koordinasi lanjutan untuk menangani kasus tersebut.

Johan menjelaskan, KPK dan Polri akan bekerja sesuai kewenangan masing-masing. KPK akan fokus pada perbuatan Anggodo yang diduga terkait dengan delik tindak pidana korupsi, sedangkan Polri akan bekerja terkait delik pidana yang lain.

Namun, Johan tidak menjelaskan secara rinci kasus apa saja yang akan disangkakan kepada Anggodo. “Yang jelas kita akan bekerja sesuai ketentuan hukum,” kata Johan.

Sebelumnya, Tim Pembela Suara Rakyat Antikriminalisasi melaporkan Anggodo ke KPK dengan tuduhan berupaya menghalang-halangi upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK.

Tim menjadikan rekaman pembicaraan yang diputar di Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu bukti. Rekaman itu mengungkap peran Anggodo yang berniat menyuap petinggi KPK agar kasus yang menjerat Anggoro Widjojo tidak dilanjutkan KPK.

Menurut perwakilan Tim Pembela Suara Rakyat Antikriminalisasi, Sugeng Teguh Santoso, perbuatan Anggodo adalah pelanggaran hukum, seperti diatur dalam pasal 21 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Teguh menjelaskan, orang-orang itu adalah pihak berperkara dalam kasus dugaan suap proyek Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT). Dalam kasus itu, Anggoro Widjojo telah ditetapkan sebagai tersangka.

Tim pembela menjelaskan, para terlapor telah mempersulit upaya hukum yang dilakukan KPK dengan melarikan diri ke luar negeri dan berupaya menyuap serta bekerjasama sejumlah penegak hukum.

“Hal itu terungkap dalam rekaman pembicaraan yang diputar di Mahkamah Konstitusi,” kata Teguh. (red/*mtn)

Fajar Butuh Uang buat Ultah, Lalu Bunuh Model

JAKARTA, MP - Fajar alias Dede Setyawan (21) mengaku menemui Setyanti Dwi Retno (24) karena perlu uang untuk merayakan ulang tahun (ultah) dan bertemu kekasihnya seorang gay di Banjarmasin.

Uang yang dibutuhkan itu sebesar Rp 600.000. Ulang tahun Fajar ke-25 jatuh pada 27 November mendatang atau tepat di Hari Raya Idul Adha. Namun, rencana meminjam uang dari Tya malah berubah menjadi tindakan pembunuhan.

Ditemui di Mapolrestro Jakarta Barat, belum lama ini, Fajar mengaku menyesal atas perbuatannya. Dia mengatakan, siap menjalani hukuman apa pun yang diputuskan dalam persidangan, termasuk hukuman mati. “Insya Allah saya siap menjalani hukuman itu (mati—Red),” ucapnya.

Pemuda gemulai asal Kalimantan Selatan ini mengaku menyesal telah menghabisi Tya, sapaan akrab Setyanti. “Saya sangat menyesal telah melakukan itu. Saya sangat meminta maaf kepada keluarga Tya. Itu semua di luar rencana saya,” kata Fajar.
Dia mengungkapkan, selama menjadi buron polisi, sempat ingin menyerahkan diri. Apalagi, salah satu kakak kandungnya mendesaknya kembali ke Jakarta untuk menyerahkan diri ke polisi. "Orangtua saya belum tahu bahwa saya terlibat kasus pembunuhan ini. Cuma satu kakak kandung saya," tutur anak keempat dari lima bersaudara ini.

“Awalnya saya berniat untuk menceritakan kepada orangtua saya mengenai peristiwa ini. Tapi saya tidak tega. Saya kemudian memutuskan untuk diam,” tambah Fajar. Setelah menemui orangtuanya, Fajar kemudian mendatangi sebuah rumah di Jalan Skip III, Banjarmasin, yang dijadikan tempat tinggal beberapa gay.

Di tempat itu lah Fajar belajar menjadi penata rias sampai akhirnya muncul cita-cita menjadi hair stylish. Lulusan sebuah SMK Pariwisata di Banjarmasin dua tahun lalu itu kemudian ke Jakarta untuk menjadi penata rias.

Pertama kali Fajar bekerja di Makarizo Ivonne Salon. Beberapa kali dia pindah kerja sampai akhirnya kembali ke salon yang berada di Sawahbesar, Jakarta Pusat, itu. Di sana, Fajar berkenalan dengan Tya, dan sempat meriasnya.

Pembunuhan yang dilakukan Fajar bermula ketika dirinya mendatangi tempat tinggal Tya di Apartemen Mediterania Garden 2, Tanjungduren, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Senin (9/11) pagi. Di tempat itu, Fajar diminta untuk merias Tya. Karena Tya membatalkan janjinya, Fajar lalu menyampaikan niatnya pinjam uang untuk biaya pulang kampung. Namun permintaannya itu ditolak sehingga terjadi percekcokan dan berujung pada pembunuhan. (red/*wk)

Dua Jaksa di Tangerang Dilaporkan ke Polisi

JAKARTA, MP - Dua jaksa di Kejaksaan Negeri Tangerang berinisial RH dan DT dilaporkan ke Polres Metro Tangerang oleh sejumlah wartawan. Mereka dilaporkan karena diduga telah melakukan intimidasi dan perbuatan tidak menyenangkan terhadap wartawan Global TV, Darussalam, wartawan Indosiar Masud Ibnu Syamsuri, dan Baha Sugara, wartawan Tangerang Exspres.

"Tindakan mereka telah melecehkan profesi jurnalis," ujar Darussalam saat melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Metro Tangerang.

Darrusalam menuturkan, dua jaksa itu merebut kamera, membentak dan memarahi mereka ketika akan meminta konfirmasi. "Perbuatan itu sungguh sangat tidak menyenangkan" .Masud menambahkan.

Peristiwa ini berawal dari pertanyaan tiga wartawan itu kepada RH soal informasi keterkaitan jaksa itu dalam kasus mantan Bupati Pandeglang, Dimyati Natakusumah. Namun, RH enggan menjawab pertanyaan itu.

Ketika sedang berbincang RH melihat kamera tersembunyi berbentuk Pulpen dikantong kemeja Darussalam. Secara refleks, RH merebut kamera itu dan mengambilnya. RH menuduh Darussalam menyadapnya.

Percekcokan sempat terjadi sekitar lima menit. Bahkan RH sempat marah dan menantang membuka isi kamera itu dikantor polisi. Tapi diurungkan. Tiga wartawan itu dibawa ke ruang Kasi Datun.

Di ruangan itu, Darussalam, Masud dan Baha diminta membuka kamera kecil tersebut. Mereka setuju saja asalkan proses pembukaan kamera itu diabadikan dengan kamera. Tapi, menurut Darussalam, jaksa DT melarang mereka mengeluarkan kamera. "Ini ruangan saya, tidak ada yang boleh mengeluarkan kamera," kata DT dengan nada keras, seperti yang ditirukan Darussalam.

Karena merasa dilecehkan, tiga wartawan itu melaporkan perbuatan tidak menyenangkan itu ke polisi. "Laporan dengan nomor laporan LP/K/ 929/8XI/2OO9 resmi kami terima," ujar Brigadir Dua Andi Indrawanto, petugas Sentra Pelayanan Kepolisian Metro Tangerang. (cok)

Rabu, November 25, 2009

Dua Bandar Ganja Ditangkap

JAKARTA, MP - Dua bandar ganja, Nurhadi (29) alias Beler dan Muhidin (30) alias Midin, warga Jalan Pulogebang Permai Blok D, RT/79, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, ditangkap jajaran aparat Polsektro Cakung, Jakarta Timur.

Kedua orang yang setiap hari nongkrong di sekitar Jalan Pulogebang Permai diketahui sebagai bandar dan pengguna ganja kering.

Dari tangan keduanya pelaku menyita 13 bungkus amplop ganja kering. Para warga sekitar mengaku resah dengan aktifitas sehari-hari keduanya.

Selain dikhawatirkan akan meracuni anak-anak lainnya di wilayah sekitar untuk mengonsumsi narkoba jenis ganja, warga juga resah dengan banyaknya orang-orang asing yang datang ke wilayah mereka menemui Beler atau Midin.

Disinyalir orang yang datang menemui Beler dan Midin itulah para konsumen mereka. Dari laporan warga itulah, akhirnya polisi bertindak dan menciduk keduanya tak jauh dari rumah mereka.

Kapolsektro Cakung Kompol Yudhi Sulistianto mengatakan pihaknya kini sedang menyelidiki kedua pelaku dan berusaha mengembangkannya. Menurutnya ada bandar ganja yang lebih besar sebagai pemasok ganja kepada keduanya.
"Kita sedang menyelidiki dan mengembangkan kasus ini untuk menangkap bandar lain yang lebih besar," ujarnya.

150 Kg Ganja Disita

Sementara itu di tempat berbeda sekitar 150 kilo ganja kering asal Aceh senilai Rp500 juta, disita petugas Reserse Narkoba Polda Metro Jaya. Selain menyita daun haram itu dari satu rumah di Jelambar, Jakbar, seorang kurir juga ditangkap.
Tersangka Yus,30, mengaku ganja kering yang dikemas rapi itu akan didistribusikan ke sejumlah bandar.

Bermodalkan informasi dari masyarakat yang curiga terhadap kegiatan di rumah itu, polisi beraksi. Seminggu memantau tampak kegiatan yang tak biasa. Penyergapan dilakukan dan saat itu hanya Yus, 30, yang berada di dalam rumah.
Tersangka Yus mengaku hanya bertugas sebagai pengantar daun haram itu, bukan pemiliknya.

Pjs Kepala Satuan (Kasat) Psikotropika Polda Metro Jaya AKBP Pol Drs Krisno Siregar, membenarkan adanya penangkapan tersebut. “Lebih jelasnya, tanya Pak Direktur Narkoba Polda Metro Jaya,” kata Krisno. (cok)

Duel Maut, Siswa SLTA Tewas Ditusuk Maling

JAKARTA, MP - Seorang pelajar SLTA bernama Rudi Zulkarnaen (17), tewas ditusuk dengan pisau oleh penjahat yang menyatroni rumah kakaknya, Linda, di Jalan Kranji RT 03 RW 06, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Rudi datang ke rumah tersebut setelah ditelepon Linda.

Menurut Linda (23), sekitar pukul 03.00, dia mendengar suara jendela yang sedang dicongkel dari luar. Istri Fahrurozi ini menduga rumahnya sedang disatroni pencuri. Dia kemudian menelepon ayahnya, M Tolip, yang tinggal di Jalan Jambu II atau berjarak lebih-kurang 1,5 km dari rumahnya.

Tolip memberi tahu Rudi tentang situasi di rumah Linda. Dia kemudian mengajak Rudi dan beberapa kerabatnya, termasuk Yamin (40), untuk segera ke rumah Linda. Saat rombongan yang terdiri atas lima orang ini sampai di rumah Linda, mereka melihat dua pria sedang mencongkel jendela.

Rudi dan Yamin segera menghardik. Kedua tamu tak diundang yang tepergok itu memberikan reaksi berbeda. Salah seorang langsung kabur, sementara yang seorang lagi mencabut pisau. Rudi dan Yamin sempat berkelahi dengan pencuri tersebut, tetapi keduanya justru terluka. Rudi kena sabet pisau di pinggang dan pangkal paha, sedangkan Yamin tertusuk di dada.

Pada saat yang sama, massa berdatangan karena mendengar teriakan minta tolong dari para kerabat korban. Mereka kemudian mengepung, menangkap, dan menghajar si pencuri yang bernama Suhari (45), warga Serang, Banten.

Aksi pengeroyokan terhadap Suhari itu baru berhenti ketika petugas Polsektro Jagakarsa tiba. Warga kemudian melarikan Rudi dan Yamin ke Rumah Sakit Marinir, Cilandak. Namun, nyawa Rudi tak terselamatkan, sementara Yamin hingga semalam masih dirawat. Pada Senin siang, jenazah Rudi dimakamkan di TPU Ciganjur.

Kanit Reskrim Polsektro Jagakarsa Aiptu Bambang Is menyatakan, pihaknya masih memburu rekan Suhari. (red/*kc)

Selasa, November 24, 2009

Korban Salah Tangkap Dianiaya Polisi

JAKARTA, MP - Kinerja polisi kembali tercoreng. Pasalnya, Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Utara, Selasa (24/11) sekitar pukul 05.00, melakukan penangkapan terhadap, Ade Yulizhar (40) yang dituduh sebagai pelaku perampokan juragan sembako pada Jumat (20/11) malam lalu. Dan ternyata pria yang berprofesi sebagai sopir perusahaan pelayaran ini merupakan korban salah tangkap setelah polisi menghajarnya hingga babak belur.

Luka sobek dan memar menghiasi wajah bapak dari dua anak yang dijemput aparat Polres Jakarta Utara di rumah kontrakannya, Jalan Kenanga No.26A, RT 02/10, Kelurahan Semperbarat, Cilincing, Jakarta Utara ini harus menjalani perawatan di RS Tugu Pelabuhan, Koja, Jakarta Utara.

Menurut pengakuan korban, setelah adzan subuh pintu rumahnya diketok oleh tiga orang yang sebelumnya mengaku dari karang taruna. Dan setelah pintu dibuka, tiga orang itu langsung menodongkan pistol.

“Mereka datang jam lima pagi. Tanpa surat penangkapan, saya ditodong pistol dan digebuki. Padahal saya sudah bilang saya tidak bersalah,’ ujar Ade dengan nada kesal sembari menunjukkan luka robek di bagian wajah dan harus dijahit tiga jahitan.

Nely (25) istri korban mengaku histeris melihat aksi brutal yang dilakukan tiga orang yang menyatroni rumahnya pada dini hari itu. Ironisnya, setelah puas memukuli suaminya, ketiga orang itu baru mengaku anggota polisi dari Polres Jakarta Utara.

“Sebelumnya, mereka mengaku dari karang taruna. Saya sempat heran kok karang taruna subuh-subuh datang bertamu. Eh tidak tahunya, mereka langsung memukul suami saya. Dan saya pun berteriak, setelah warga berdatangan mereka baru mengaku anggota polisi dan menuduh suami saya sebagai pelaku perampokan,” jelasnya dengan suara lirih.
Polisi baru menyadari salah tangkap saat warga keluar dan melerai aksi brutal petugas, korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Pelabuhan di daerah Tugu Semper Barat.

"Mereka janji akan bertanggungjawab sampai sembuh," ucap pria asal Padang itu yang bekerja sebagai sopir di PT Pelayaran Andalas dan mengaku trauma melihat pistol.
Dan sekitar pukul 09.45 WIB, korban diantar ke rumah setelah diantar berobat ke Rumah Sakit Pelabuhan.

Menurut seorang perwira polisi di Polres Jakarta Utara, saat itu pihaknya sedang melakukan pengembangan terhadap kasus perampokan toko sembako di Cilincing. Ketika itu salah satu tersangka yang sudah ditangkap menunjuk rumah korban diduga sebagai komplotannya. Dan ternyata rumah tersangka yang sebenarnya di sebelah rumah korban.

Ilham, salah satu warga yang menyaksikan insiden tersebut mengungkapkan, sekitar jam 05.00 WIB, setelah adzan subuh datang enam mobil. Lalu terdengar teriakan korban. “Yang terdengar saat itu, korban sempat teriak jangan main pukul karena saya tidak salah, saya orang Padang bukan orang Madura,” katanya.

Sementara tersangka yang sebenarnya bernama Andi Bugis, ternyata mengontrak berdekatan dengan korban. Dia tinggal bersama istrinya yang sedang hamil yang baru delapan bulan tinggal di lokasi tersebut. Kesehariannya lelaki ini dagang ikan di Kalibaru Jakarta Utara.

Dan setelah memulangkan Ade, polisi langsung menangkap Andi Bugis. Tersangka kini ditahan di Polres Jakarta Utara. Tersangka dan korban salah tangkap mengontrak rumah milik Jamin seharga Rp 4 juta per-tahun.

Sementara itu Polres Jakarta Utara megaku akan bertanggung jawab memberi pengobatan kepada korban hingga sembuh. ‘Kami akan bertanggung jawab atas biaya pengobatan korban,’ ujar Kasat Serse Jakarta Utara, Kompol Adex Yudiswan. (cok)

Juragan Kontrakan Hajar Pasutri, Kepala Tamunya Dimartil

JAKARTA, MP - Diduga karena dendam masa lalu, Joni (55), juragan kontrakan, menyerang suami-istri yang merupakan tetangganya di Kampung Kebon Pala, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara.

Akibatnya, wajah Maria-Sunaryo, suami-istri itu, memar karena dipukuli Joni. Anak mereka, Nikita (8), juga ikut diamuk Joni. Tak cuma itu, Joni juga menghantam kepala Andi (52), yang sedang bertamu di rumah Maria-Sunaryo, menggunakan martil hingga luka parah.

Akibat ulahnya yang membabi buta itu, warga kemudian meringkus Joni. Dia digebuki sampai babak belur, setelah itu diserahkan ke Mapolsektro Penjaringan. Hingga semalam, Joni dan para korban penganiayaannya masih dimintai keterangan oleh polisi.

Diperoleh keterangan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 15.00 saat Maria menerima seorang tamu, Andi. Rumah Maria letaknya berseberangan dengan rumah Joni.

Ketika itu, Joni mendatangi rumah Maria dan meminta ganti rugi kerusakan rumah kontrakannya saat Maria masih menghuninya. “Sepertinya ini dendam lama, tapi baru dilampiaskan,” ujar seorang tetangga Maria.

Permintaan Joni ditolak Maria. Wanita itu beralasan bahwa dirinya sudah mengganti bagian kontrakan yang rusak, di antaranya keramik, sebelum pindah ke rumah baru. Keduanya pun terlibat percekcokan. Sunaryo yang berusaha melerai malah kena pukul. Adapun Nikita yang menangis dan mendekap Maria ikut kena pukul.

Andi yang sedang bertamu berusaha menenangkan Joni, tapi malah dipukul dengan martil oleh Joni. Keributan itu pun mengundang perhatian warga setempat. Warga yang kesal dengan ulah Joni yang memukul anak-anak langsung memukuli Joni. Andi mengaku tidak tahu-menahu masalah yang diributkan Maria-Joni. “Tahu-tahu saya dipukul martil,” ucapnya.

Maria mengakui bahwa dia pernah mengontrak di rumah kontrakan Joni selama lima tahun. “Namun, dua tahun ini saya enggak lagi ngontrak di sana,” katanya.

Maria mengaku heran mengapa baru sekarang Joni menagih biaya kerusakan kontrakannya. (red/*kp)

Senin, November 23, 2009

KPK Didesak Usut Kasus Pungutan PLN

JAKARTA, MP - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta untuk mengusut tuntas kasus dugaan pungutan pada pelanggan PT Perusahaan Listrik Nagara (PLN), yang nilainya diperkirakan mencapai Rp 590 Miliar sejak 2005. KPK juga didesak untuk tidak bersikap pandang bulu, sehingga kasus ini dapat terbongkar dan para pelakunya diproses secara hukum.

Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Gerakan Masyarakat Pengawas Birokrasi (Gemawasbi) Nopber Siregar mengatakan hal itu di Jakarta, Minggu, menanggapi isu pergantian Direktur Utama (Dirut) PLN Fahmi Mochtar. Sejak 12 November 2009 Fahmi diperiksa sebagai saksi oleh KPK dalam kapasitasnya saat menjabat sebagai General Manajer PLN Disjaya dan Tangerang.

"KPK harus lebih berani mengusut penyimpangan pengelolaan dana, karena inilah sumber penyebab mis-manajemen yang akhirnya merugikan pelanggan listrik di Tanah Air," kata Nopber Siregar.

Namun demikian, ia enggan berkomentar apakah pernyataannya ini terkait dengan isu pergantian Dirut PLN. Nopber berkilah, bahwa KPK belum tuntas memproses penyelidikan terhadap dugaan kasus korupsi sistem informasi di PLN. "Kami mendukung upaya cicak melumat buaya dan makelar kasus, yang ingin mengalihkan kasus penyimpangan dana ke isu suksesi Dirut PLN," kata dia.

Pihaknya mencatat, sejak 2005 PLN Distribusi Jawa Timur menerapkan kutipan lansung sebesar Rp1.500 per perlanggan, melalui costumer management system (CMS) atau pengelolaan sistem informasi pelanggan. Sedangkan untuk PLN Jawa Barat dan Disjaya-Tangerang juga menerapkan pungutan sebesar Rp 1.800 per perlanggan. "Belum ada kejelasan dana sebesar Rp 590 Miliar yang dikelola PLN," tandasnya.

Pungutan tersebut terjadi saat Fahmi Mochtar menjadi GM Disjaya-Tangerang dan Hariadi Sadono menjadi GM Jatim. Sementara PLN Jabar dipegang oleh Murtaqi Syamsudin, yang saat itu menjabat sebagai General Manager PLN Distribusi Jabar.

Pengelolaan dana para pelanggan PLN yang keliru, merupakan salah satu penyebab gagalnya penanganan Pemerintah dalam mengatasi krisis energi, yang pada akhirnya menyebabkan pemadaman bergilir di Jakarta dan sejumlah daerah.

Untuk itu, pihaknya mendukung tindakan KPK, yang hingga saat ini masih mendalami kasus penyimpangan di PLN. "Jangan sampai pelayanan publik yang dikelola PLN menjadi terbelangkai, sehingga mengganggu masyarakat yang membutuhkan energi listrik," kata Nopber. (red/*an)

Nenek Nekat Mencopet HP

JAKARTA, MP - Usia Sarini sudah 50 tahun namun hal itu tak menghalanginya untuk berbuat kriminalitas. Bersama komplotannya dia mencopet di Pasar Gembrong, Jatinegara. Di luar keinginannya aksinya tak mulus, dan wanita separuh baya itu pun tertangkap.

Bersama tiga orang rekannya Sarini memepet pasangan suami istri Ayunita (33) dan Agung (38) yang saat itu tengah berbelanja di Pasar Gembrong. Sarini bertugas mengambil telepon seluler milik Ayunita yang ada di dalam tas tangannya, sementara tiga lainnya berdiri merapat ke Agung untuk mengalihkan perhatiannya..

Saat Sarini beraksi Ayunita merasa tasnya dirogoh orang, dan dia melihat ponselnya sudah berada di genggaman Sarini. Spontan Ayunita berteriak sehingga menimbulkan kegaduhan dan memancing perhatian warga sekitar. "Saya teriak 'ada copet!'," kata Ayunita kepada wartawan di kantor Polsektro Jatinegara.

Warga menangkap Sarini bersama sebuah smartphone merek Blackberry, namun ketiga rekan Sarini berhasil melarikan diri dengan menggunakan taksi.

Dari pengakuan Sarini yang memiliki dua cucu ini, mereka biasa beraksi di Pasar Gembrong sejak awal, Oktober lalu. Komplotan itu bertempat tinggal di Cipinangpulo, Jakarta Timur.

“Baru dua kali kami melakukannya. Dan yang kedua ini apes,” katanya.

Menurut Sarini dia mencopet untuk makan. “Anak saya semuanya sudah menikah dan saya hanya tinggal seorang diri. Saya melakukan hal ini hanya demi makan sehari-hari, karena anak-anak saya yang sudah berkeluarga jarang kirim uang,” katanya.

Sarini kini mendekam di tahanan polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut. "Kami sedang mengidentifikasi anggota gerombolan pelaku. Sepertinya para pelaku para pencopet HP yang basa beraksi di kawasan Jatinegara," kata Kepala Polsektro Jatinegara, Komisaris Polisi Sriyanto. (red/*wk)

Minggu, November 22, 2009

Pembunuh Model Cantik di Apartemen Dibekuk

JAKARTA, MP - Polres Metro Jakarta Barat membekuk Dede Setiawan (21), tersangka pelaku pembunuhan model cantik Setyanti Dwi Retno (24), yang tak lain adalah perias korban.

"Pelaku berhasil kita tangkap di rumah orangtuanya di Jl Skip III Mulawarman, Banjarmasin," kata Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes A Kamil Razak di Polres Metro Jakarta Barat, baru-baru ini.

Pelaku ditangkap Selasa dinihari sekitar pukul 01.30 WIB, setelah petugas terlebih dahulu mengintainya selama 2 hari di rumah orangtuanya.

"Ya, berhasil ditangkap di Banjarmasin dini hari tadi. Tersangkanya sudah ada di Jakarta, karena tadi pagi langsung diterbangkan," lanjut Kapolres.

Selain tersangka, kata Kapolsek, polisi juga mengamankan barang bukti di antaranya telepon dan uang Rp1,9 juta milik korban yang berprofesi model tersebut.

Kombes A Kamil Razak menambahkan, penangkapan itu berdasarkan hasil rekaman CCTV yang terpantau di sekitar apartemen.

"Ternyata dari hasil rekaman itu, ada pelaku yang sedang mengobrol dengan korban di lobi apartemen," katanya.

Kapolres Metro Jakarta Barat mengatakan, pelaku yang juga perias korban memukul korban dengan menggunakan alat timbang badan.

"Sebelum dibunuh, pelaku menghubungi korban untuk melihat foto make up di kamar korban. Namun setibanya di sana, mereka cekcok mulut dan pelaku membunuh korban di kamar mandi," ucap Kapolres.

Sebelumnya, diberitakan bahwa Tia, panggilan Setyanti Dwi Retno, ditemukan tewas dalam posisi tertelungkup di kamar mandinya di Apartemen Mediterania Garden II Tower H Lantai 25 HF, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Senin lalu (9/11).

Terbunuhnya Setyanti baru diketahui tiga hari kemudian oleh teman pria Setyanti, Sony Gunawan (45) dan pembantunya Aam (16).

Berdasarkan analisa awal, polisi mengatakan, pembunuhan itu telah direncanakan pelaku. Itu terbaca dari sebuah palu dan alat timbang badan yang ditemukan di tempat kejadian.

Palu tersebut diduga yang dipakai untuk memukul kepala bagian belakang korban.

Ada dugaan pula kalau pelaku melakukan pembunuhan ini dengan motivasi ekonomi. Hal itu terlihat dari raibnya barang-barang berharga, seperti laptop dan uang milik korban.(red/*b8)

Komplotan Pencuri Spion Mobil Mewah Dibekuk

JAKARTA, MP - Komplotan pencuri kaca spion mobil mewah bernaggotakan Tri Suryono (19), Mickel bin Djuly (17), Slamet Chandra (28), M Umar (26) dan Saiful alias Abung (37) yang beraksi di Jalan Prerintis Kemerdekaan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, dibekuk Polsek Kelapa Gading, Minggu.

Dari tangan kelimanya disita uang tunai Rp3,6 juta, hasil penjualan kaca spion mobil Toyota Alphard, kata Kompol Marudud Liberty Panjaitan, Kapolsek Kelapa Gading, Minggu.

Komplotan pencuri kaca spion mobil ini terungkap setelah adanya laporan dari Defikartini bin Asmaja yang kaca spion mobilnya diambil paksa empat orang tak dikenal saat melintas di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading. "Saat kejadian mobil korban sedang dalam perbaikan sehingga jalannya merayap," jelas Liberty.

Mickel yang melihat mobil korban, langsung beraksi mengambil kaca spion sebelah kiri Alphard warna hitam itu, lalu kabur menaiki sepeda motor.

"Mereka beraksi dengan menggunakan dua motor. Mickel diketahui memakai kaos warna merah. Akhirnya ditangkap di depan halte Pedongkelan," papar Liberty.

Warga Kramat Jaya, Johar Baru itu pun mengaku siapa saja anggota komplotannya itu sehingga polisi berhasil meringkus empat teman Mickel lainya.

Mereka mengaku selalu beraksi di wilayah Kemayoran, Gambir, Tanah Abang dan Pulogadung, dengan sasaran jalan raya yang sedang dalam perbaikan.

Mereka menargetkan kaca spion mobil jenis Alphard dan Harier, dimana mereka sering menjualnya ke penadah dengan harga Rp1,5 juta, sedangkan Saiful menjual kepada korban yang akan membeli kaca spion di Krekot Kawasan Sawah Besar, sebesar Rp 2.5 juta.

"Korban yang sering kehilangan kaca spion, sering membeli kaca spion di Sawah Besar tempat asesoris mobil," papar Liberty.

"Terkadang ada pesanan yang diberikan Saiful kepada komplotan Mickel," terangnya. Korban membeli kaca spion mobilnya, lantaran harga kaca spion mobil Alpard sebelah kiri seharga Rp 17 juta. Sementara kaca spion sebelah kanan dibeli seharga Rp8 juta.

Masih ada empat anggota komplotan spion yang menjadi buron, yaitu lainnya yakni, AT, DM, AD dan AR.

Saiful yang menjadi penadah, mengatakan uang hasil kejahatan penjualan kaca spion dibelikannya dua ekor kambing.

"Saya sudah beli kambing tiga ekor untuk hari raya qurban nanti. Uang dari keuntungan menjual spion curian dibeli kambing pak" ujar Saiful. Kambing seharga Rp 800 ribu per ekor itu dibelinya di daerah Parung. (red/*an)

Minggu, November 15, 2009

Wajah Janda Muda Disiram Cairan Gatal

JAKARTA, MP - Merasa kesal karena diceraikan, Ronal (30) melampiaskannya dengan menyiramkan cairan kimia pembuat sabun ke wajah mantan istrinya Siti Nurhasanah (25). Akibatnya wajah dan leher janda muda itu mengalami luka lecet dan gatal-gatal.

Kejadian tersebut terjadi di rumah Siti Nurhasanah di Jalan Anyer RT 07/09, Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (15/11) sekitar pukul 12.00. Siti melaporkan kejadian yang menimpanya ke Polsektro Menteng, Jakarta Pusat setelah sebelumnya di visum dan mendapatkan perawatan di RSCM.

Ditemui di Instalasi Gawat Darurat RSCM, Siti mengatakan tak tahu alasan pasti mengapa mantan suaminya itu menyiramkan larutan kimia yang sangat gatal ke wajahnya. "Saat datang ke rumah saya dia menanyakan alasan saya menceraikan dia. Padahal kami sudah cerai selama setahun, tapi dia mengungkit- ngungkit hal itu lagi," ujarnya.

Menurut Siti, sekitar setahun lalu dia menggugat cerai Ronal karena mantan suaminya itu selalu ringan tangan. Setelah perceraiannya dikabulkan oleh majelis hakim, Siti tinggal terpisah dengan mantan suaminya itu, dan baru Minggu siang dia bertemu mantan suaminya itu.

Siti mengatakan, saat Ronal datang dia sedang tidur siang. Ronal datang dengan membawa satu bungkusan, yang kemudian diketahui bahwa bungkusan itu adalah cairan pembuat sabun.

Tanpa banyak tanya, Ronal langsung menanyakan alasan janda muda itu menceraikannya. Namun sebelum pertanyaannya dijawab, sang mantan suaminya itu langsung menyiramkan cairan itu ke wajah Siti. "Awalnya terasa panas di wajah. lalu cepat- cepat saya basuh dengan air. Tak lama kemudian gatal-gatal," kata Siti.

Menurut Siti, cairan yang disiramkan ke wajahnya itu seperti cairan sabun atau cairan pembuat sabun. "Sebab terasa licin dan kalau digosok berbusa. Pokoknya seperti sabun tapi pastinya apa saya tak tahu," ungkapnya.

Kapolsek Menteng Kompol Halidi mengungkapkan pihaknya masih mendalami kasus ini dan sedang mencari pelaku. "Akan kita dalami dahulu," katanya saat dikonfirmasi melalui telepon. (red/*wk)

Anak Stres Bakar Rumah Ketua RW

JAKARTA, MP - Peristiwa kebakaran kembali terjadi di wilayah Jakarta Utara, kali ini satu rumah Ketua RW02, Kelurahan Sungaibambu, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara terbakar di lantai dua, Minggu (15/11) pukul 18.30 WIB. Ironisnya, peristiwa kebakaran tersebut terjadi dikarenakan sengaja diduga dibakar oleh Jaenal, anak pertama pemilik rumah. Untungnya, api belum sempat menyebar ke pemukiman lain yang padat penduduk.

Menurut informasi yang berhasil dihimpun, sebelum kejadian itu pemilik rumah yang juga Ketua RW 02, H. Murah (62) usai shalat magrib tiba-tiba mendengar teriakan anaknya, Jaenal dari dalam kamar. Dan ketika dihampiri, pria yang sudah tiga kali menikah ini sedang mengalami depresi berat mengamuk. Bahkan, Jaenal sempat memukul ayahnya itu. Tak pelak suasanan rumah gaduh disusul dengan kedatangan Lukman, adiknya yang juga ikut emosi. “Jaenal mengambil minyak tanah dan menyiram karpet di lantai satu. Kemudian membakar kasur,” kata Jumariah, saudara dekat Ketua RW.

Hal itu juga diamini Hj. Rohana (64) tetangga sebelah rumah yang juga sempat berbesanan dengan H.Murah. Ia mengatakan Jaenal sudah lama mengalami stres akibat pernah memakai narkoba. Dan tidak sekali ini saja, Jaenal mengancam dan mengamuk.

“Dahulu pernah dibawa ke rumah sakit jiwa Grogol. Namun, karena bapaknya kasihan ia balik lagi. Dan warga sekitar kerap khawatir dengan kehadirannya sebab sering mengancam pakai golok,” tambah Rohana.

Sementara itu Jaenal sempat kabur. Warga yang melihat dia kabur di saat rumahnya mengeluarkan kepulan asap segera menangkap Jaenal. Dan ketika ditanya, ia mengaku telah membakar jemuran kain yang ada di lantai dua. Mendengar itu, warga geram dan menghakimi Jaenal sebelum digelandang ke Polsek Tanjung Priok.

Untungnya, Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Utara sigap mendatangi lokasi kejadian dengan mengerahkan sekitar 13 unit kendaraan pemadam kebakaran. Dan api berhasil dipadamkan tiga puluh menit kemudian yang hanya menghanguskan lantai atas rumah RW 02 tersebut.

Sementara itu Kanit Reskrim Polsek Tanjung Priok, Inspektur Dua (IPDA) Mulyana, mengaku sedang menyelidiki penyebab kebakaran tersebut. “Saat ini memang ada salah satu warga yang diamankan,” tandasnya. (cok/kos)

Jumat, November 13, 2009

Pembunuh Tia Terekam Kamera CCTV

JAKARTA, MP - Pelaku pembunuhan dengan kekerasan terhadap model cantik, Setyanti Dwi Retno alias Tia (24), di Apartemen Mediterania Garden 2, Tanjungduren, Jakarta Barat, Senin lalu, ternyata sempat tertangkap kamera closed circuit television atau CCTV lobi apartemen.

"Pelaku memasuki lobi dengan menggunakan penutup kepala pada hari Senin (9/11)," ujar Kepala Polsektro Tanjung Duren Komisaris Jhony Iskandar, Jumat (13/11).

Pelaku diperkirakan sebagai orang terakhir yang bertemu korban dalam keadaan hidup. Rekaman ini semakin memudahkan polisi dalam mencari pelaku. Walau demikian, Jhony masih enggan mengungkapkan identitas dari pelaku ini.

Menurut Jhony Iskandar, pihaknya hingga kini masih terus memburu pelaku. Saat ini, polisi telah membentuk tim gabungan antara Polsektro Tanjungduren dan Polrestro Jakarta Barat guna mengungkap kasus ini.

Sebelumnya, polisi memburu seorang pria gemulai, berinisial Jy, yang diduga terlibat kasus pembunuhan ini. Pria itu diperkirakan menjadi orang terakhir yang bertemu korban dalam keadaan hidup.

Kepala Polsektro Tanjungduren Komisaris Jhony Iskandar yang ditemui wartawan, Kamis (12/11), mengatakan, pihaknya memburu seorang pria berpembawaan gemulai yang diketahui membantu perawatan kecantikan korban.

”Pembunuhan itu diduga telah direncanakan. Sebuah palu yang digunakan membunuh telah dipersiapkan pelaku. Itu memenuhi unsur perencanaan sebuah pembunuhan yang diatur Pasal 340 (KUHP),” kata Jhony.

Pembunuhan berencana dapat diancam dengan hukuman mati. Polisi menemukan alat bukti lain, yakni sebuah timbangan badan dengan bercak darah di bagian bawah. Timbangan itu diduga digunakan untuk menghantam kepala korban.

Pria gemulai yang diburu polisi itu diduga berasal dari Medan, Sumatera Utara. Pria berinisial Jy itu dikenal korban lewat temannya untuk merawat kecantikan. Jy diketahui kerap merawat gadis-gadis model dan public relation di tempat hiburan SC di Lindeteves, Jakarta Barat.

Polisi sudah menurunkan tim untuk memburu pria berinisial Jy itu. ”Kami sudah mendatangi beberapa komunitas orang malam yang memiliki orientasi sama dengan pria gemulai itu,” kata Jhony. (red/*wk)

Ruko Terbakar, Satu Keluarga Tewas Dipanggang

BOGOR, MP - Satu keluarga tewas ketika ruko mereka di Jalan Raya Mayor Oking RT 2 RW2, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terbakar Jumat pagi.Hendra alias Afung (37) bersama istrinya yang berusia 34 tahun dan anaknya Neli Patricia (3) ditemukan tewas dengan kondisi tubuh hangus di lantai dua bangunan ruko bernama Ceriung itu.

Menurut saksi mata, Agus (40), warga setempat, ruko milik korban sehari-hari digunakan untuk usaha bengkel dan penjualan onderdil motor. Api diperkirakan mulai membakar bangunan tersebut pada pukul 05.00 WIB.

"Kita tahu ada apinya jam 06.00 WIB lalu kita hubungi pemadam kebakaran, tahu ada korban kebakaran jam 07.00 WIB," ujarnya.

Ketiga korban langsung dievakuasi dan dibawa Rumah Sakit PMI Bogor untuk diotopsi.

Yusuf (47) petugas pemulasaran jenazah menyebutkan kondisi tubuh ketiga korban hangus dan sulit untuk dikenali. "Kemungkinan itu sudah tiga jam terbakar, kondisinya gosong semua, kecuali organ tubuh bagian dalam," ujarnya saat ditemui di kamar mayat RS PMI Bogor.

Dugaan sementara kebakaran disebabkan oleh arus pendek listrik. Api cepat membesar karena membakar tabung gas yang ada di dalam ruko tersebut.

Kapolsek Citeureup AKP Pahyuniyati, saat melihat jenazah di RS PMI Bogor menyatakan saat ini kasus dalam penyelidikan.

"Saat ini kita proses dulu, apa penyebabnya kita belum ketahui," ujarnya.

Kebakaran ini juga membuat panik pemilik ruko sebelahnya karena api sempat menjalar tapi tidak membakar ruko lainnya.

Sementara itu, kakak ipar Afung, Joni Fung (50) yang datang melihat jenazah kerabatnya bersama keponakanya Acun (30) mengaku terpukul karena kejadian tersebut.

Saat ini Joni belum bisa mengambil jenazah korban dan masih ingin melapor ke kepolisian terkait kasus tersebut.

"Belum tahu mau dibawa kemana, untuk sementara biar di kamar mayat dulu saya juga sedang menghubungi pihak keluarga suaminya, dan melaporkan kejadian ini kepada polisi. Kami pihak keluarga masih ragu kematian ini disebabkan apa," ucapnya.

Ruko tersebut disewa oleh keluarga yang sudah empat tahun membina rumah tangga untuk berbisnis bengkel dan onderdil kendaraan.

Menurut keterangan salah seorang warga bahwa ruko ini sudah lima hari tutup dan sering didatangi penagih hutang.

"Waktu kebakaran terjadi kita sudah memanggil-manggil mereka tapi tidak menjawab, dan tidak keluar," ujar salah seorang warga yang tak mau namanya disebutkan. (red/*an)

Rekaman Antasari Tak Masuk Akal

JAKARTA, MP - Keinginan Antasari membubarkan KPK sebagaimana tertuang dalam rekaman milik Mabes Polri dinilai tidak masuk akal. Sebagai lembaga yang dibentuk melalui UU, pembubaran KPK tidak bisa dilakukan individu.

Hal tersebut diungkapkan pakar hukum tata negara yang juga Rektor Universitas Lancang Kuning (Unilak), Pekanbaru, Dr Sudi Fami, dalam perbincangan dengan detikcom, di Pekanbaru, Riau.

"Apa lagi rekaman tersebut juga dinilai hanya diperlihatkan tidak secara utuh. Apa Polri lupa, kalau KPK itu dilahirkan lewat sebuah UU. KPK atau Polri kalau ingin ditutup semuanya harus lewat mekanisme UU juga. Di sinilah letaknya kekerdilan Polri tadi," kata Sudi.

Menurut Sudi, penampilan rekaman tersebut semakin menguatkan dugaan Polri ingin menggembosi KPK. Polri juga sengaja terus memojokan mantan ketua KPK tersebut.

"Jadi rasanya tidak salah bila banyak orang yang menyebut Polri melakukan kriminilisasi terhadap KPK. Lagi pula buat apa rekaman itu ditunjukan kepada publik seolah-olah Antasari ingin menutup KPK? Memangnya bisa seorang Antasari menutup lembaga negara itu? kan tidak," tegas Sudi.

Mabes Polri menayangkan rekaman pemeriksaan terhadap Antasari terkait pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Rekaman menayangkan Antasari yang sedang duduk di sebuah kursi. Dia sedang diperiksa penyidik. Berpakaian tahanan oranye dan bercelana pendek coklat muda, Antasari berbicara soal lembaga yang pernah dipimpinnya, KPK.

"Dan saya pribadi terus terang saja, cepat atau lambat saya keluar, selesai maksudnya. Mungkin orang pertama yang mengatakan tidak diperlukan KPK. Saya akan bicara itu!" kata Antasari.

Namun kuasa hukum Antasari, Ari Yusuf Amir, menilai tayangan tersebut tidak lengkap. Polri telah memotong pernyataan Antasari. Menurut Amir, Antasari saat itu mengucapkan kalimat tersebut dengan kalimat panjang. Konteks pembicaraan pun tidak seperti yang disampaikan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna.

"Video itu sepotong-potong," kata Ari. (red/*dt)

Rhani Yakin Antasari Otak Pembunuhan

JAKARTA, MP - Istri Nasrudin, Rhani Juliani tetap yakin otak pembunuhan terhadap suaminya adalah mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Antasari Azhar. Keyakinan itu berdasarkan teror yang dilakukan Antasari terhadap dirinya dan Nasrudin.

"Suami saya bilang kalau saya (Nasrudin) mati, itu perbuatan Antasari," kata Rhani Juliani di Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan, sebelum meninggal Nasrudin meminta Antasari untuk mengakui perlakuannya yang diduga telah melecehkan Rhani di Hotel Mahakam. Tapi, lanjut dia, Antasari tidak pernah mengakui. "Dia (Nasrudin) bilang, saya lebih percaya pada istri saya (atas pengakuan telah dilecehkan Antasari)," ucap Rhani menirukan Perkataan Nasrudin.

Rhani menceritakan, dirinya dan Nasrudin pernah digrebek polisi di sebuah hotel di Kendari. Dalam penggerebekan itu, lanjut dia, polisi yang datang menggeledah semua barang dan menanyakan apa status hubungan mereka berdua, karena alamat KTP berbeda.

"Saya fikir karena dari beberapa teror yang saya alami di Kendari dan saya lihat beberapa sms yang ditunjukkan suami (Nasrudin) itu disebutkan atas nama Atasari. Dalam perjalanan pulang dari Kendari suami saya bilang ini pasti kerjaan Antasari," kata dia.

Sejak namanya disebut-sebut sebagai saksi kunci pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, baru kali ini dia memberikan keterangan pers. Menurut istri siri Nasrudin itu, dia ingin mengklarifikasi apa yang berkembang di publik.

"Saya sedih dituduh merekayasa pemeriksaan, padahal saya cuma menerangkan kesaksian saya saja. Saya kesal dituduh disetir polisi. Opini publik seolah-olah saya ini perempuan tidak baik," kata Rhani.

Rhani Juliani mengaku mengenal Antasari Azhar lebih dulu daripada suaminya, Nasrudin Zulkarnaen. Namun, perempuan yang menjadi istri siri Nasrudin itu mengaku tidak memiliki hubungan khusus dengan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.

"Tidak dekat, hanya biasa saja. Tidak ada perhatian khusus dari Antasari," kata Rhani dalam jumpa pers di Rumah Makan Sari Kuring, SCBD, Jakarta, Kamis (12/11).

Rhani mengatakan, perkenalannya dengan Antasari berawal di lapangan golf, Modern Golf, Tangerang. Saat itu, Antasari memang menjadi member club golf tempat Rhani bekerja.

Setelah perkenalan itu, barulah Rhani bertemu dengan Nasrudin, juga di lapangan golf. Tak lama setelah menjalin kasih, Nasrudin pun meminta Rhani menjadi istrinya. "Saya akhirnya bilang ke orang tua dan setuju. Meski dia sudah memiliki keluarga," kata Rhani.

Apakah Rhani mengetahui Antasari dan Nasrudin saling kenal? "Saya tidak tahu, tapi saya pernah melihat Antasari dan Nasrudin di satu tempat lapangan golf tapi tidak saling sapa," jawab Rhani.

Setelah Antasari tidak lagi bermain golf di tempatnya bekerja, Rhani pernah menghubungi Antasari untuk mengajak bergabung kembali ke Modern Golf. Selanjutnya mereka bertemu di kamar 803 Hotel Gran Mahakam. Namun Antasari menolak karena sudah kecewa dengan club golf itu.

Setelah pertemuan itu, keduanya kembali bertemu di tempat yang sama. Namun kali ini, Rhani diminta oleh suaminya Nasrudin untuk menemui Antasari.

Menurut Rhani, Nasrudin memintanya berbicara mengenai surat keputusan (SK) di BUMN yang belum dilantik-lantik. Bahkan, Rhani diantar oleh Nasrudin saat pergi ke Hotel Gran Mahakam.

Nasrudin bahkan juga meminta Rhani untuk terus online di telepon dengannya. Menurut Rhani, hal itu diminta agar Nasrudin bisa memonitor pembicaraannya dengan Antasari. Di pertemuan ini, Antasari meminta Rhani berbuat 'macam-macam'.

Pada pertemuan kedua ini jugalah 'insiden selingkuh' Gran Mahakam terjadi. Saat Rhani berpamitan dengan Antasari, tiba-tiba di depan pintu sudah ada Nasrudin.

Nasrudin lalu mendorong tubuh Rhani kembali masuk ke dalam kamar dan marah-marah. Menurut Rhani, Nasrudin menuduh Antasari telah melecehkan istrinya. Pertengkaran kecil pun terjadi.

Rhani tampil sendiri saat jumpa pers digelar. Tidak ada satu pun pengacara yang mendampinginya. Rhani yang mengenakan kemeja ungu dipadu dengan blazer hitam itu tampak santai menjawab berbagai pertanyaan wartawan.

Entah apa motif Rhani menggelar jumpa pers. Namun yang pasti, kemunculan Rhani ini terjadi saat posisi Antasari Azhar sedikit 'menguat' setelah pengakuan mengejutkan dari Wiliardi Wizar.

Apakah ini ada hubungannya? Rhani membantahnya. "Enggak ada hubungannya. Saya hanya ingin klarifikasi saja," katanya.

Rhani mengatakan, selama ini dirinya tidak ingin berbicara banyak di depan publik karena ingin menghormati pengadilan. Rhani juga membantah telah diminta polisi untuk membatasi pembicaraan dengan media. "Tidak, saya tidak dibatasi sama sekali. Saya hanya tidak mau mendahului proses hukum," kata mantan caddy golf itu.

Namun Rhani tidak mau menjawab berbagai pertanyaan seputar peristiwa yang dialaminya dengan Antasari di kamar 803 Hotel Gran Mahakam. "Itu sudah saya ceritakan di pengadilan, tidak etis kalau saya cerita di sini," begitu alasan Rhani.

Kasus pembunuhan Nasrudin menyeret sejumlah nama pejabat seperti Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi nonaktif Antasari Azhar, mantan Kapolres Jakarta Selatan Williardi Wizar, serta dua pengusaha papan atas yaitu Sigid Haryo Wibisono, dan Jerry
Hermawan Lo.

Nasrudin ditembak usai bermain golf di Padang Golf Modernland, Cikokol, Tangerang, sekitar pukul 14.00, Sabtu 14 Maret 2009. Ia tewas 22 jam kemudian dengan dua peluru bersarang di kepalanya.

Pada kesempatan tersebut Rani Juliani membantah pemberitaan yang mengatakan dirinya memiliki uang 300 milyar di rekening sebuah Bank.

"Itu pemberitaan yang harus saya klarifikasi. Tidak ada rekening saya yang jumlahnya mencapai 300 milyar," kata Rani saat jumpa pers itu."Kalau mas lihat kehidupan saya sendiri, saya kuliah pakai motor," tambah dia.

Rhani menilai pemberitaan itu sangat bertolak belakang dengan kehidupan yang ia alami. Faktanya, kata rani, dirinya masih tinggal seatap dengan orang tuanya. "Mas tahu sendiri rumah orangtua saya seperti apa. jadi itu sama sekali tidak benar,' kata dia.


Apartemen

Sementara ayah Rhani Juliani, Endang Muhamad yang dihadirkan sebagai saksi pembunuhan Nasarudin di PN Jakarta Selatan, mengatakan Rhani Juliani masih terus berada di sebuah apartemen yang dilindungi polisi di Jakarta.

"Rhani jiwanya terguncang, untuk pulang ke rumah saja dia takut terjadi lagi seperti yang dialami suaminya. Akhirnya dia minta perlindungan dari polisi," ujar Endang Muhammad.

Menurut Endang, Rhani tinggal di apartemen sejak pemeriksaannya dipindah dari Polres Metro Tangerang ke Polda Metro Jaya. Namun di apartemen itu istri siri Nasrudin Zulkarnaen itu tidak pernah diperiksa. Yang diperiksa di apartemen yaitu Endang.

Endang mengaku keberatan diperiksa di Polda Metro Jaya. Namun dia bukan takut diperiksa di Polda Metro. Namun Endang tidak selalu berada di apartemen itu. Sebab dia bosan berada di apartemen terus menerus. "Kalau di situ terus saya kan suntuk, kadang ke rumah sendiri di Tangerang, kadang ke Serang," jelasnya.

Saat didesak pengacara Antasari, Hotma Sitompoel, siapa yang menyewa apartemen itu, Endang menolak menjawab. "Saya keberatan menjawabnya," kata Endang.

Endang Muhammad, mengaku kalau anaknya masih berstatus istri Nasrudin Zulkarnaen saat insiden penembakan terjadi. Pengakuan itu berbanding terbalik dengan pernyataan Rhani dalam sidang sebelumnya yang mengaku telah menandatangani kesepakatan cerai
dengan Nasrudin.

"Masih," kata Endang.

Endang saat itu ditanya JPU Cirus Sinaga mengenai apakah Rhani masih terikat perkawinan dengan Nasrudin saat penembakan terjadi.

Endang mengatakan, Rhani dan Nasrudin menikah pada 17 Juli 2007. Pernikahawn Rhani-Nasrudin dihadiri keluarga besar Rhani.

Saat ditanyakan apakah selama pernikahan terjadi cekcok antara Rhani-Nasrudin, Endang menjawab,"Ya mungkin. Biasalah. Saya juga kurang tahu."

Endang menambahkan selama menikah Nasrudin sering bertemu Rhani di rumah Endang sebanyak 2-3 kali seminggu. Saat pernikahan berlangsung memang ada pernyataan nikah yang ditandatangani oleh saksi. Tapi buku nikah tidak ada.

"Ya tinggal di rumah saya (Rhani)," ujarnya.

Menurut Endang, Rhani memang jarang diajak ke luar kota oleh Nasrudin, tapi mereka sering makan di luar. Pernikahan Rhani-Nasrudin juga sah secara agama."Kan ada amil dulu, kemudian yang menikahkan saya sendiri," jelasnya.

Dalam kesaksiannya Endang Muhammad mengaku tidak tahu kalau anaknya Rhani Juliani pernah melakukan aborsi dan hamil diluar nikah. "Saya nggak tahu (aborsi). Belum pernah (Rhani cerita soal hamil di luar nikah)," kata Endang.

Endang mengaku sudah tahu kalau Nasrudin sudah mempunyai istri. Tapi Endang tetap menikahkan Rhani karena melihat hubungan keduanya sudah sangat dekat. Namun Endang tidak mengetahui berapa istri Nasrudin.

"Kenapa Bapak menikahkan secara sirih?" tanya pengacara Antasari, M Assegaf.

"Karena Nasrudin sudah punya istri. Saya sudah tahu," jawabnya.

"Tahu Bapak istrinya berapa?," tanya Assegaf lagi.

"Nggak tahu," ujarnya.

"Sebagai orangtua apa pertimbangan Bapak menerima Nasrudin?," tanyanya.

"Kalau itu saya tidak mau jawab," kata Endang.

"Lho itu pertanyaan wajar Pak," kata Assegaf.

"Artinya kalau saya lihat mereka sudah sangat dekat. Kesimpulan saya lebih baik nikah siri daripada tidak punya status," tuturnya.

Endang menambahkan kalau Rhani pernah menyatakan pekerjaan Nasrudin sebagai calon pilot. Namun pilot dari maskapai mana, Rhani tidak pernah menjelaskan.


Minta Rhani Ditahan


Sementara kubu terdakwa mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar meminta Rhani Juliani dan sekretaris Sigid Haryo Wibisono, Setyo Wahyudi ditahan. Sebab, keduanya dinilai telah memberikan keterangan palsu.

"Ya, tentunya langkah itu harus dilakukan," kata salah satu penasehat hukum Antasari, Juniver Girsang, usai sidang,kemarin.

Dikatakan Juniver, Rhani telah memberikan keterangan yang berbeda dengan Suparmin tentang kedatangan Nasrudin ke Hotel Gran Mahakam. Rhani mengatakan dia datang ke hotel tersebut menemui Antasari bersama Nasrudin mengendarai taksi. Namun, Suparmin, sopir Nasrudin, mengatakan datang ke hotel di kawasan Blok M, itu, dengan mengendarai mobil pribadi.

"Jadi banyak kejanggalan memang," lanjut Juniver.

Sedangkan soal Setyo Wahyudi, menurut Juniver, keterangan saksi tersebut banyak berlainan dengan keterangan saksi lain dan berbelit-belit. Pertama, mengenai amplop berisi foto yang diserahkan Sigid kepada Antasari. Awalnya Wahyudi mengatakan foto
itu dikirim ke kediaman Antasari melalui Alfian, namun belakangan dikirimkan Triana.

"Kedua, dia mengatakan alat perekam. Dia tidak tahu lagi kemana rekaman tersebut diserahkan. Padahal di BAP dia mengatakan dia simpan dan diletakkan di tempat yang telah disediakan," kata Juniver.

Rekaman itu adalah rekaman pertemuan Antasari, Sigid, dan Wiliardi Wizar saat ketiganya bertemu di rumah Sigid di Jl Pati Unus, Jaksel. Menurut Juniver, Wahyudi juga salah mengenai tanggal pertemuan tersebut. Wahyudi mengatakan pertemuan terjadi
pada bulan Februari 2009, sedangkan saksi lain pada bulan Januari.

"Jadi sesuai pasal 174 ayat 2 KUHP kami minta untuk ditahan, agar jadi contoh bagi saksi lain supaya tidak boleh memberi keterangan bohong," pungkasnya.

Dia juga membantah telah bersembunyi setelah kematian suaminya. "Keluarga saya masih datang dan teman dekat masih datang. Masih menjenguk dan kami suka jalan ke mal yang ada di daerah

tempat saya tinggal sekarang," kata Rhani Juliani saat jumpa pers di Jakarta, Kamis 12 November 2009. "Jadi kalau dibilang menghilang itu tidak benar," tambah dia.

Namun demikian, Rani enggan menyebutkan di daerah mana dia tinggal dan di mal mana dia biasa berjalan-jalan. "Adalah di suatu tempat," kata dia tidak mau berterus terang di mana tempat tinggalnya. (cok/kos/joi/jay)

Kamis, November 12, 2009

Motif Pembunuhan Model Cantik Masih Gelap

JAKARTA, MP - Kepolsian Sektor Tanjung Duren telah mengantoni identitas pelaku pembunuhan Setyanti Dwi Retno, seorang model yang tewas di Apartemen Mediterania, Kebon Jeruk Jakarat Barat. Dari hasil pemeriksaan sejumlah saksi, petugas telah mengantongi identitas pelaku pembunuhan model yang akrab dipanggil Tia itu.

Menurut Kapolsek Tanjung Duren, Komisaris Joni Iskandar, identitas pelaku sudah didapatkan setelah pihaknya memperoleh informasi dari pembantu rumah korban, teman-teman korban dan rekaman CCTV di apartemen tersebut. "Kita sudah minta keterangan tujuh orang saksi, dan meminta rekaman CCTV. Identitas pelaku sudah kita ketahui," ujarnya, Kamis (12/11).

Dari hasil indentifikasi, korban dipastikan tewas akibat hantaman benda tumpul di bagian kepala dan pelipis. Mayat korban ditemukan dalam keadaan mengenaskan di kamar Apartemen Mediterania tower HE lantai 25, Tanjung Duren, Rabu 11 November 2009, pukul 13.30 WIB. Saat ditemukan posisi mayat dalam keadaan tertelungkup dan hanya mengenakan pakaian dalam.

Menurut Joni Iskandar, pembunuhan terhadap model yang berusia 24 tahun itu diduga telah direncanakan oleh pelaku.“Salah satu indikasinya ialah ada martil lokasi. Padahal menurut teman-teman dan pembantu korban, tidak pernah ada martil di sana,” kata Joni.

Seperti diberitakan sebelumnya, model cantik ini pertama kali ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa oleh pembantunya di kamar tower HE lantai 25 pada Rabu 11 November 2009, pukul 13.30. Kondisi tubuh Setyanti pada waktu itu sudah mulai membengkak.

Dari hasil identifikasi awal ditemukan sejumlah luka pukulan benda tumpul di kepala bagian belakang korban. Tas korban juga ditemukan dalam keadaan kosong. Padahal, kata Joni, dari keterangan teman-teman korban, tas ini biasanya selalu terisi barang-barang berharga.

Joni menduga isinya telah dikuras oleh pelaku sebelum kabur. Inilah yang kemudian diterjemahkan polisi bahwa pelaku kemungkinan besar punya motivasi ekonomi dibalik pembunuhan.

Tamu Pria

Sementara pembantu Tia, Aam menuturkan, sebelum ditemukan tewas Tia sempat menerima tamu pria pada Senin (9/11) berinisial F di kamarnya di Apartemen Mediterania, Jakarta Barat. F masih muda dan mengenakan sweater warna merah.

"Sekitar pukul 10.30 WIB, datang teman Mbak Tia, inisialnya F. Tidak lama, saya disuruh turun sama Mbak Tia ke lobi. Katanya, ada temannya yang mau datang. Terus saya dikasih handphone temannya Mbak Tia (F). Nanti, kalau temannya datang, saya
ditelepon, disuruh ngajak dia ke kamar," kata Aam, di rumah duka, Jalan H Kahfi, Gg Cermai RT 7 RW 4 nomor 15 A, Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Tidak lama kemudian, kata AAM, F turun menemuinya di lobi. "Si F pakai sweater merah, orangnya kalau dibilang cowok ganteng. Tetapi kalau jadi perempuan juga cantik, agak-agak kayak gitu," ujar Aam.

Menurut dia, usia F masih muda, sekitar 19 hingga 20 tahun."Dia minta handphonenya. Lalu saya kasih. Dia bilang ke saya, Mbak Tia lagi tidur, jangan diganggu dulu ya. Saya bilang, iya, saya di sini," kata Aam.

Pukul 14.00 WIB, lanjut Aam, ada tukang rambut Tia datang. "Terus saya sama tukang rambutnya naik ke kamar. Terus saya gedor-gedor pintunya, tetapi Mbak Tianya nggak bangun. Saya kira Mbak Tia pergi," kata dia.

Aam mengatakan, tukang rambut itu langsung pergi karena ada janji di tempat yang lain. "Saya tungguin terus di situ. Saya tidurnya di lobi karena Mbak Tia belum pulang juga," kata Aam.

Sejak hari itu Aam 'terdampar' di lobi apartemen hingga dua hari karena tidak bisa masuk ke dalam unit majikannya. Dia menambahakan, sejak menerima tamu pria berinisial F pada Senin (9/11) kamar tia terus terkunci hingga pacarnya Soni datang ke apartemen. Soni pun curiga dan mendobrak kamar dan Tia ditemukan tewas di kamar mandi.

Menurut Aam, Soni lalu mendobrak kamar Tia pada pukul 11.00 WIB."Terus jam 11.00 WIB pintu didobrak. Saya cuma lihatin saja. Begitu pintu didobrak, ada bau busuk. Saya di luar. Tetapi, Mbak Tia ditemukan di kamar mandi, sudah nggak ada. Saya bingung, terus menangis," ujar Aam.

Ibunda Setianti Dwi Retno, Yuni Ardiah, masih syok dengan kepergian putrinya.
"Ibunya masih syok, maklum Tia juga tulang punggung keluarga ini," kata Eko, salah satu kerabat keluarga Tia di rumah duka.

Saat ini, Yuni tinggal bersama adik Tia. Suaminya tinggal di Yogyakarta. Di lingkungan rumah yang ditinggali orang tuanya, Tia lebih dikenal dengan Retno.

"Di sini mah kita kenalnya mba Retno, bukan Tia. Makanya kita binggung waktu lihat di TV, kok Tia namanya," kata seorang ibu yang tinggal di dekat rumah orang tua Tia. (cok)

Halte Busway Ditembaki Orang Tak Dikenal

JAKARTA, MP - Halte Bus Transjakarta di kawasan Lembaga Pendidikan Asidikiyah Kedoya Utara, Jakarta Barat, ditembaki orang tidak dikenal, Kamis (12/11). Akibatnya sebagian Petugas Kepolisian Sektor Kebon Jeruk, Jakarta Barat, masih memburu pelaku penembakan.

"Petugas masih menyelidiki kasus ini dan memburu pelaku," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafli.

Karena orang yang menembaki halte belum berhasil dibekuk, Boy Rafli mengatakan aparat keamanan belum dapat mengetahui motivasi dibalik aksi itu.

Sementara Kapolsek Kebonjeruk Kompol Hendra Gunawan belum berani memastikan rusaknya kaca Halte Busway Assiddiqiyah di Kedoya karena ditembaki. Menurut dia, bisa jadi kerusakan terjadi akibat lemparan gotri mengingat ditemukan barang bukti berupa gotri.

"Belum bisa dipastikan halte tesebut ditembak. Bisa jadi halte dirusak dengan cara dilempari, karena barang bukti yang ditemukan berupa gotri. Tidak ada ditemukan proyektil maupun selongsong," kata Hendra.

Saat ini polisi belum bisa memastikan apa motif perusakan tersebut. Sejumlah saksi sudah diperiksa terkait peristiwa ini. "Kita sudah mintai keterangan dari beberapa saksi," kata Hendra.

Sementara itu, menurut salah seorang petugas Trans Jakarta, Endang Gahari, ditemukan adanya beberapa butir mimis (peluru senapan angin) di lokasi perusakan. "Saya dengar-dengar polisi menemukan ada peluru dari senapan angin. Itu langsung dibawa sama petugas polisi," kata Endang.

Menurut Endang berdasarkan keterangan petugas kemanan yang berjaga, diketahui bahwa pelaku penembakan menggendarai mobil

Toyota Kijang. Semula pelaku menembaki kaca pada bagian kiri halte yang mengarah ke Permata Hijau dan langsung pergi.

Tapi tak berselang lama, pelaku berputar arah dan menembaki sisi kanan halte dan segera pergi menuju kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat.

"Saat peristiwa terjadi ada petugas jaga di halte yang bersembunyi dibawah loket karcis karena takut," imbuhnya.

Peristiwa serupa juga terjadi di halte busway Kebon Jeruk yang juga berlokasi di Jalan Panjang. Pada pekan lalu, halte ini juga rusak dengan dua lubang tembakan.

Hingga kini TransJ belum bisa pastikan apa penyebab peristiwa tersebut. "Apa dendam atau apa. Nggak bisa memastikan belum pernah ada yang komplain ke posko busway yang di Trunojoyo," ungkapnya.

Sejauh ini telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk petugas pengamanan halte yang bertugas saat peristiwa itu terjadi. "Saksi sudah lebih dari 2 orang diperiksa, termasuk petugas pengamanan halte," ujar Kompol Hendra Gunawan.

Hingga kini, polisi belum bisa menyimpulkan apakah kaca halte tersebut rusak karena ditembaki atau tidak. "Yang jelas ada orang yang melontarkan kaca halte dengan suatu benda yang mengakibatkan halte rusak," jelasnya.

Polisi juga belum bisa mengidentifikasi pelaku. "Belum ketahuan pelakunya karena kita masih penyelidikan," tuturnya.

Motif apa yang dilakukan pelaku? Polisi pun enggan menyimpulkan. "Kita tidak bisa menduga-duga karena kita masih penyelidikan, biar terang dulu perkaranya," tandasnya. (kos)

Aniya Karyawan, Bos PT.Ahluwalia Diburu

JAKARTA, MP - Sebanyak 25 karyawan PT Ahluwalia Group akhirnya melaporkan atasan mereka ke Markas Kepolisian Resor Jakarta Pusat. Para karyawan ini adalah korban penganiayaan dan pelecehan atasannya.

Sebelumnya, mereka juga melaporkan kejadian penganiayaan dan pelecehan tersebut kepada Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI). Ricky Ahluwalia, pemilik Stock Junction PT Ahluwalia Group yang diduga menyiksa puluhan sales promotion girl (SPG), sudah menghilang setelah dilaporkan ke Mapolres Metro Jakarta Pusat.

Salah satu pegawainya yang enggan disebutkan identitasnya mengatakan, Ricky tidak datang ke salah satu tempat usahanya sejak Rabu. Karyawan di salah satu toko Stock Junction yang beralamat di Pintu Air V, Sawah Besar, Jakarta Pusat, mengatakan, tidak
pernah lagi bertemu bosnya itu sejak mencuatnya berita kasus dugaan penganiayaan terhadap SPG yang dilakukan oleh Ricky.

"Kemarin juga sempat ada wartawan kesini, makanya Pak Ricky nggak berani muncul ataupun datang," ungkap salah satu pegawai yang enggan disebutkan namanya di Toko Stock Junction di Jalan Pintu Air V.

Hal serupa dinyatakan pegawai lainnya, dan mereka pun tak berani berkomentar. "Maaf, saya jangan dibawa-bawa. Saya hanya bekerja di sini," ujar pegawai lainnya.

Sementara pantauan di lokasi, aktivitas di gedung pertokoan berlantai dua itu tampak normal. Toko ini merupakan salah satu dari lima toko lainnya yang dimiliki Ricky di seluruh Jakarta .

Mapolres Metro Jakarta Pusat berencana akan memanggil empat orang yang diduga terlibat dalam aksi penganiayaan para SPG PT.Ahluwalia. Kuat dugaan mereka adalah Ricky Ahluwalia, Suhari, Kadut, dan Nanik.

"Kalau tidak datang, akan kami jemput paksa," ancam Kapolres Jakarta Pusat Kombes Ike Edwin di Mapolrestro Jakarta Pusat.

Ricky bersama tiga orang lainnya diduga melakukan penganiayaan terhadap 25 SPG yang bekerja di PT Ahluwalia. Kekerasan muncul karena para SPG menolak tudingan melakukan penggelapan uang hasil transaksi toko sebesar Rp 5 juta-Rp 25 juta.

Selain menganiaya para SPG, Ricky juga diduga melakukan pelecehan seksual serta perbuatan tidak menyenangkan seperti memaksa SPG meminum air WC dan menjilat sandal.

Khusus untuk tuduhan pelecehan seksual, Kapolres mengaku anggotanya masih melakukan pendalaman. "Kami lihat dulu, ada unsur pelecehannya atau tidak," ungkap Kapolres.

Kasus itu berawal dari hilangnya sejumlah uang dan barang pada Sabtu 7 November 2009 lalu. Kemudian seluruh karyawan di tempat tersebut dipaksa menandatangani surat pengakuan mencuri.

Merasa tidak melakukan itu, para karyawan menolak permintaan bos-nya tersebut. Hal ini membuat mereka disekap di sebuah ruang dan dianiaya. Tak hanya disekap. Sejumlah tamparan dan tendangan mendarat di wajah serta tubuh karyawan. Mereka juga dipaksa meminum air kloset dan menjilati sandal sang bos. (joi)

Bekas Pembantu Bobol Rumah Majikan

JAKARTA, MP - Pembobol rumah toko sembako di Jalan dr Rajiman Widyodiningrat, Jatinegara Cakung milik Maria Lie ternyata bekas pembantunya bernama Sugrito alias Jujuk alias Warno (22 tahun) dan temannya Ayub Nurdiansyah (22 tahun). Keduanya ditangkap polisi di tempat berbeda pada Kamis (12/11).

"Mereka sudah ditahan sejak dini hari tadi," kata Kepala Sektor Cakung, Yudhi Sulistyanto Wahid kepada wartawan di kantornya, Kamis (12/11).

Pembobolan itu terjadi pada Jumat lalu (6/11). Kepada polisi, Sugrito mengaku mencuri karena bingung tidak punya pekerjaan dan uang setelah dipecat Maria tiga minggu lalu. Pemecatan ini sudah ketiga kalinya. Sedangkan Ayub beralasan untuk membeli susu anaknya yang berumur setahun.

Kepada polisi, Sugrito menjelaskan pencurian dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.30 WIB (6/11). Dia dan teman masuk melalui atap rumah dan merusak eternit kemudian masuk kamar dan ambil barang.

Sugrito diringkus di Cafe Bomba di kawasan industri Pulo Gadung saat sedang pesta minuman keras bersama teman-temannya, Kamis dini hari (12/11). Beberapa jam kemudian Ayub ditangkap di rumahnya di jalan Pegangsaan I RT 05/03 Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Dari tangan pelaku, polisi mengamankan barang bukti antara lain, uang tunai Rp 4 juta, enam gelang emas, sebuah kalung emas, dan dua handphone. Selain itu, polisi juga mengamankan barang hasil pembelian dari uang curian, seperti kipas angin dan mini compo. Sugrito mengaku sejumlah uang telah dia habiskan untuk pesta perempuan dan minuman keras di kawasan Rawa Malang.

Menurut laporannya, Maria mengaku kehilangan uang tunai Rp 60 juta, perhiasan emas 80 gram dan dua buah handphone. (red/*tif)

Tim 8 Nilai Video Rekaman Antasari Natural

JAKARTA, MP - Selain klarifikasi, penyidik Polri yang mengunjungi Tim 8 juga menunjukkan video pemeriksaan Antasari Azhar di Polda Metro Jaya dan saat mengambil laptop di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tim 8 pun menilai video itu natural dan masuk akal.

"Natural sekali prosesnya, kita juga punya data-data untuk men-support itu dan bukan hanya urutannya, itu juga masuk akal," kata Juru Bicara Tim 8 Anies Baswedan.

Hal itu disampaikan Anies dalam jumpa pers usai bertemu dengan sejumlah penyidik Polri di kantor Dewan Pertimbangan Presiden, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (12/11).

Anies mengatakan, berdasarkan video-video tersebut, Tim 8 memiliki kesan bahwa inisiatif untuk melaporkan dugaan suap pimpiman KPK lebih banyak dari Antasari. "Dari sana kita punya bahan
kesan kita inisiatif pelaporan lebih banyak dari Antasari," katanya.

Sementara itu soal kesimpulan Tim 8, Anies mengatakan saat ini sudah sampai pada tahap mendekati final. "Semoga Senin sudah beres dan kita akan sampaikan ke Presiden," kata Anies. (red/*dt)

Rani Mengaku Sering ke Mal

JAKARTA, MP - Istri Nasrudin Zulkarnaen, Rhani Juliani membantah telah bersembunyi setelah kematian suaminya. Istri ketiga Direktur Putra Rajawali Banjaran itu mengaku selama ini menjalani kehidupannya seperti biasa.

"Keluarga saya masih datang dan teman dekat masih datang. Masih menjenguk dan kami suka jalan ke mal yang ada di daerah tempat saya tinggal sekarang," kata Rhani Juliani saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (12/11). "Jadi kalau dibilang menghilang itu tidak benar," tambah dia.

Namun demikian, Rani enggan menyebutkan di daerah mana dia tinggal dan di mal mana dia biasa berjalan-jalan. "Adalah di suatu tempat," kata dia tidak mau berterus terang di mana tempat tinggalnya.

Meskipun berstatus sebagai saksi mahkota, Rhani mengatakan tidak selalu meminta pengawalan dari kepolisian untuk menjaga keamanannya. Dia mengaku hanya kadang-kadang saja meminta pengawalan. "Tidak selalu dikawal, tapi saya kadang dikawal. Bukan dikawal sih cuman diawasi," kata dia.

Kasus pembunuhan Nasrudin menyeret sejumlah nama pejabat seperti Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi nonaktif Antasari Azhar, mantan Kapolres Jakarta Selatan Williardi Wizar, serta dua pengusaha papan atas yaitu Sigid Haryo Wibisono, dan Jerry Hermawan Lo.

Nasrudin ditembak usai bermain golf di Padang Golf Modernland, Cikokol, Tangerang, sekitar pukul 14.00, Sabtu 14 Maret 2009. Ia tewas 22 jam kemudian dengan dua peluru bersarang di kepalanya.(red/*wk)

Cabuli Anak-anak, Pedagang Asongan Dikeroyok

JAKARTA, MP - Seorang pedagang agar-agar keliling dikeroyok massa karena mencabuli tiga balita yang masih duduk di PAUD, di daerah Menteng, Jakarta Pusat Kamis (12/11).

Pelaku, yang diketahui bernama Udin, 29 tahun, ditangkap usai dipancing warga Jl Anyer RT 2/2 Menteng, Jakarta Pusat. Pelaku diserahkan ke Polres Jakarta Pusat. Sedang ketiga korban divisum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ketiga korban adalah warga setempat, mereka adalah A, 5 tahun, B 4 tahun dan C, 5 tahun.

Menurut Rohana, 62 tahun, nenek A dan C, awalnya sekitar dua pekan lalu, dua cucunya setiap dimandikan menangis kesakitan. Baru dua hari lalu mereka mengaku rasa sakit itu akibat ulah tukang agar-agar yang biasa lewat di perkampungan itu. "Tukang itu suka ngasih agar-agar usai melakukan aksinya," kata Rohana, Kamis di rumahnya.

Modusnya, kata Rohana, pelaku yang mangkal di gang Anyer 1, yang sepi itu memanggil tiga bocah yang biasa main bersama itu. Pelaku usai mengerjai korban dengan jarinya, lalu memberikan agar-agar.

Lalu tadi pagi, pelaku lewat di depan rumah korban A. A langsung bilang pelakunya yang memakai topi sedang lewat di depan rumahnya. Oleh ayahnya, pelaku hendak dipancing. Tiga bocah itu lalu diberi uang seribu rupiah pura-pura membeli agar-agar. Namun pelaku yang mencium rencana penjebakan itu langsung. lari. Pelaku lalu dikejar warga dan dikeroyok. "Dia mengaku, tapi baru sekali," kata Rohana. Pelaku lalu diserahkan ke Polres Jakarta Pusat.

Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak, Polres Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Polisi Sentike Bossayor ketika dihubungi ponselnya, tak menjawab. (red/*tif)

Pegawai Akui Sigid Dekat dengan Polisi

JAKARTA, MP - M. Agus, Direktur Pengembangan salah satu perusahaan milik Sigid Haryo Wibisono mengakui bahwa Sigid memiliki pengaruh dan sangat dekat dengan polisi.

"Saya lihat dari rumah dan kantor pak Sigid dijaga polisi 24 jam, karena itu saya anggap Pak Sigid dekat dengan polisi," ujarnya saat bersaksi pada persidangan Antasari Azhar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (12/11).

Agus adalah orang yang memperkenalkan Williardi Wizar pada Sigid dalam rangka memperlancar kenaikan jabatan Williardi. "Pak Sigid juga pernah bilang bahwa sering bantu polisi sekolah, karena itu saya memperkenalkan Williardi pada Sigid untuk dibantu," ujar Agus.

Antasari, Sigid, dan Williardi terjarat kasus dugaan pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen. Nasrudin tertembak mati usai bermain golf di Padang Golf Moderland, Cikokol, Tanggeranng, 14 Maret 2009 lalu. (red/*tif)

Foto Rhani-Nasrudin Diterima dari Mabes Polri

JAKARTA, MP - Foto mesra Rhani Juliani dan almarhum Nasrudin Zulkarnaen yang diterima oleh Antasari Azhar ternyata diterima dari Intelkam Mabes Polri. Foto tersebut dikirim melalui email milik Wiliardi Wizar.

"Foto dikirim dari Intelkam Mabes Polri ke alamat email Wiliardi Wizar, yangmenang@yahoo.com," ujar sekretaris Sigid Haryo Wibisono, Setyo Wahyudi di persidangan kasus pembunuhan Nasrudin di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamus (12/11).

Setyo menjelaskan, setelah foto tersebut dikirim via email, kemudian dicetak lalu diserahkan ke Antasari Azhar.

"Siapa yang menyuruh Anda megirim data itu ke Antasari," tanya JPU Cirrus Sinaga. "Pak Sigit (yang menyuruh). Tapi yang mengantarkan itu pengawalnya, Alvian pukul sepuluh atau sebelas malam," jelas Setyo.

Lebih lanjut, Setyo menjelaskan, foto tersebut diserahkan selama dua kali. "Dua data itu diterima oleh Pak Joni (pengawal Antasari). Itu Foto Pak Nasrudin dengan Rhani sedang jalan bergandengan tangan. Foto mobil, dan foto kendaraan," jelasnya.

Setyo juga mengaku pernah disuruh mengambil amplop dari dalam mobil oleh Antasari yang berisi foto-foto tersebut? "Terus kemudian saya bawa ke pertemuan," pungkas Setyo.

Pertemuan yang dimaksud oleh Setyo adalah pertemuan antara Antasari, Sigid dan Wiliardi Wizar yang berlangsung di kediaman Wiliardi. (red/*dt)

Model Cantik Dibunuh di Apartemen Mediterania

JAKARTA, MP - Seorang model bernama Setyati Dwi Retno,24, ditemukan tewas di tempat tinggalnya di Apartemen Mediterania Tower H lantai 25 HE, Rabu (11/11) kemarin siang.

Kapolsek Tanjung Duren Kompol Joni Iskandar mengatakan korban ditemukan di kamar mandi kamarnya sekitar pukul 13.30 WIB. "Dari hasil identifikasi, korban tewas dengan hantaman benda tumpul di kepalanya. Di lokasi kita temukan sebuah palu yang diduga digunakan untuk mengakhiri nyawa korban yang belakangan kita ketahui sebagai model freelance," ujar Kapolsek.

Ia mengatakan, saat ditemukan korban hanya mengenakan celana dalam dan bra. "Hasil olah TKP, pelaku diketahui mengambil tas korban yang di dalamnya berisi sejumlah barang," lanjutnya tanpa menjelaskan secara pasti barang-barang yang terdapat di dalam tas tersebut.

Joni mengungkapkan pihaknya belum dapat memastikan apakah pembunuh mempunyai hubungan khusus dengan korban. Namun dilihat kondisi pintu yang terkunci tanpa dirusak, korban diperkirakan mengenal baik pelaku.

Polisi telah meminta keterangan dari tujuh saksi di antaranya pembantu rumah tangga yang melapor ke polisi, petugas keamanan dan tetangga sekitar. "Kami juga sudah memintai rekaman CCTV pada pengelola apartemen," imbuhnya.

Dengan adanya kasus pembunuhan Setyati ini, dalam enam bulan terakhir tercatat tiga kasus pembunuhan terhadap gadis muda di apartemen yang sama. Sebelum ini adalah pembunuhan Novita Purnama Sari,25, yang ditemukan tewas pada 25 September lalu, di Apartemen Mediterania Kamar 31 SL. Polisi akhirnya berhasil menangkap pelaku yang tak lain adalah artis dengan sapaan akrab Bom Bom. Sebelumnya lagi, pada 11 Juni 2009, kasus pembunuhan juga terjadi di tempat yang sama. Korban adalah terapis pijat bernama Jovita Sugita alias Viky yang ditemukan tewas di kamarnya di Apartemen Mediterania No 18/AE Tower Azalea. (red/*mi)

Korban Pencabulan Guru Jadi 15 Orang

TUBAN, MP - Korban pencabulan yang dilakukan Ruslan, 53, guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, bertambah satu menjadi 15 orang.

Bertambahnya korban terungkap setelah orang tua salah satu siswi sebuah sekolah menengah umum (SMU) melaporkan kejadian yang dialami anaknya ke kantor Kepolisian Resor (Polres) Tuban.

Menurut Umi Aminah, 41, orang tua korban, warga Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, anaknya juga sempat menjadi korban perbuatan asusila yang dilakukan tersangka. Tetapi, karena malu, anaknya menyembunyikan perlakukan tidak senonoh Ruslan.

"Saya sangat kaget. Setelah kasus ini mencuat, ternyata anak saya yang sekarang sudah duduk di bangku SMU juga pernah menjadi korbannya," kata Aminah kantor Polres Tuban.

Ia menceritakan, anak gadisnya yang saat ini duduk di bangku kelas II sebuah SMU juga alumni SDN Tasikharjo. Menurutnya, perbuatan asusila tersebut dialami anaknya saat masih bersekolah di SDN yang tidak jauh dari rumahnya tersebut.

"Anak saya mengaku pada saat masih SD pernah diciumi. Bahkan, pada bagian dadanya juga sempat diraba dan dipelintir oleh Ruslan," ujar Aminah dengan nada menahan marah.

Saat itu anak gadisnya tidak berani menceritakan kejadian tersebut lantaran selain malu juga diancam pelaku. Saat itu Ruslan yang tinggal di Kelurahan Karang, Kecamatan Semanding, mengancam tidak akan menaikan korban ke kelas berikutnya jika korban menceritaan perbuatan tersebut.

Sejumlah orang tua murid yang anakanya menjadi korban juga menuntut agar aparat penegak hukum memberikan hukuman setimpal kepada tersangka.

Sementara itu, Kepala SDN Tasikharjo Mujiono mengatakan, selama mengajar di sekolah yang dipimpinnya perilaku Ruslan tidak menunjukkan hal yang aneh. Bahkan, tersangka tergolong guru yang sabar. "Setahu kami selama mengajar Pak Ruslan baik-baik saja. Kita semua juga kaget dengan terungkapnya peristiwa ini," kilahnya.

Ruslan ditangkap oleh Polres Tuban, Selasa (10/11) lalu, karena diduga mencabuli 14 muridnya. Tindakan asusila tersebut dilakukannya kepada siswi yang rata-rata berusia delapan sampai sembilan tahun sejak 2007. Di hadapan penyidik, Ruslan mengakui semua perbuatannya dilakukan di dalam ruang kelas. Tetapi ia menyatakan tidak ingat berapa jumlah siswi yang telah dicabulinya. (red/*mi)

Komplotan Pengoplos Tabung Elpiji Dibekuk

JAKARTA, MP - Satuan Sumber Daya Lingkungan (Sumdaling) Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) Polda Metro Jaya (PMJ) membekuk komplotan pengoplos isi tabung gas elpiji di sebuah agen gas PT Jaya Gas Indonesia, JL Jabeka XIV Blok J No 5i Cikarang, Bekasi Kabupaten, Jawa Barat, Rabu (11/11) kemarin.

Dari agen gas tersebut, polisi menciduk 14 anggota komplotan yang masing-masing bernama Joko Wiranto, Nidi Heransyah, Timan, Suhada, Ambarwito, Ratno, Sugiharto, Mulyanto, Maman Setiawan, M Nasikun Amin, M Khusni, Junaedi, Agus Setiawan, dan Kokoh.

Modus yang mereka lakukan yaitu mengurangsi isi tabung gas ukuran 12 kg dan 50 kg dengan menggunakan selang regulator dan pipa besi. Akibatnya, isi tabung gas berkurang sebanyak 1 kg sampai 7 kg.

"Modusnya dengan cara mengurangi isi gas dengan selang regulator dan pipa besi. Kemudian dijual ke pasaran. Jelas, ini merugikan konsumen," jelas Kasat Sumdaling PMJ, AKB Eko Saputro.

Selain mengamankan 14 tersangka, polisi juga menyita 229 tabung gas elpiji ukuran 12 kg, 64 tabung gas elpiji berukuran 50 kg, 1 buah selang regulator, 4 buah pipa besi, dan 7 kendaraan sebagai barang bukti.

Menurut Eko, para tersangka telah melanggar pasal 62 ayat (1) Jo pasal 8 huruf b dan c UU RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan atau pasal 31 Jo pasal 32 ayat (2) UU RI Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dengan ancaman pidana paling lama lima tahun kurungan penjara atau pidana denda paling banyak Rp200 miliar.

Anehnya, polisi hanya mengamankan karyawan agen gas tersebut sebagai tersangka. Sedangkan pemilik agen gas tersebut justru belum dikenai tindakan hukum. (red/*mi)

DPD: Wiliardi Wizard Harus Dilindungi

JAKARTA, MP - Ketua Sub Komite I DPD RI Dani Anwar menyatakan, Williardi Wizar perlu mendapat pelindungan hukum setelah ada pengakuan yang bersangkutan terkait rekayasa kepolisian atas kasus Antasari.

"Salah satu materi kajian kami adalah bidang politik, hukum, dan HAM. Kami memandang perlu adanya perlindungan terhadap Williardi Wizar, dan kami akan mengunjungi dia sebagai bentuk dukungan moral," ujar Dani di Gedung DPD Jakarta.

Dia menambahkan, dukungan ini tidak didasarkan pada rasa kebencian terhadap institusi kepolisian atau suatu bentuk keberpihakan terhadap Antasari, melainkan lebih pada bentuk perlindungan HAM dari jerat rekayasa, apalagi yang dilakukan oleh institusi.

"Kita dukung upaya menegakan hukum yang transparan dan terbuka," katanya.

Anggota DPD lainnya, Wayan Sudirta menambahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku kepala pemerintahan harus bertindak tegas atas kasus ini.

"Ini merupakan momentum untuk memberantas mafia peradilan, sehingga presiden harus betul-betul memperhatikan. Karena kasus ini menjadi catatan tersendiri bagi program 100 hari kabinet," katanya.

Dia menegaskan, SBY harus berani dan tegas memutus mata rantai jaringan mafia peradilan yang sudah menggurita. Atas pertimbangan ini pula, menurut Wayan, secara moral semestinya kapolri mengundurkan diri.

"Jika tidak, sebaiknya SBY secara tegas mengganti Kapolri. Kasihan koalisi yang sudah mendukungnya", tandas wayan.

Padahal sebagai suatu institusi, kepolisian seharusnya mengutamakan perannya sebagai penjaga ketertiban masyarakat dan penegak hukum.

Anggota komite I DPD lainnya Jack Ospara berpendapat, kultur kepolisian selama puluhan tahun di bawah rezim orde baru lebih militeristik dalam sepak terjangnya.

Karena itu, ujarnya, hingga saat ini kepolisian masih mengedepankan cara-cara militer dalam melaksanakan berbagai tugas dan perannya. (red/*an)

Anggota DPR Dimyati Ditahan Kejati Banten

JAKARTA, MP - Dua hari lalu, Dimyati Natakusumah, anggota DPR Komisi III, curhat tentang kasus korupsinya saat Raker dengan Jaksa Agung. Rabu malam, nasib Dimyati sudah berubah. Politisi PPP ini ditahan Kejati Banten.

Dimyati ditahan karena menjadi tersangka kasus pinjaman uang daerah sebesar Rp 200 miliar pada tahun 2006 pada Bank Jabar Cabang Pandeglang. Kasus dugaan korupsi terjadi saat dia masih menjabat Bupati Pandeglang.

Dimyati yang diperiksa di Kejari Banten sejak pukul 17.00 WIB tampak keluar dari Gedung Kejati Banten, Jl Raya Pandeglang, Banten, Rabu (11/11) pukul 19.00 WIB.

Dimyati yang mengenakan hem krem lengan panjang tampak dikawal petugas Kejaksaan masuk dalam mobil Honda CRV krem. Dimyati bungkam saat dicecar wartawan tentang curhatannya saat raker di Komisi III di Gedung DPR, Senin 9 November lalu.

Pihak Kejati Banten masih belum memberikan keterangan atas penahanan Dimyati. Pengacara Dimyati, TB Sukatma mengatakan penahanan ini dipaksakan.

"Penahanan ini terkesan dipaksakan. Karena selama ini Dimyati terbilang kooperatif," ujar Sukatma yang lantas mendampingi kliennya masuk ke LP Serang itu.

Penahanan terhadap Dimyati dibenarkan Sekretaris Jenderal PPP, Irgan Chairul Mahfiz. "Saya sudah dapat kabar dari PPP Banten bahwa benar dia ditahan," kata Irgan,kemarin.

Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Banten Syaifudin Kasim mengatakan Dimyati Natakusumah menjalani pemeriksaan terkait kasus suap dan dugaan korupsi pinjaman uang daerah senilai Rp 200 miliar.

Kasim menyebutkan, pemeriksaan Bupati itu tidak dilakukan penahanan karena harus ada izin dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meskipun sudah dinyatakan sebagai tersangka setelah terbitnya surat izin pemeriksaan oleh Presiden Yudhoyono bernomor R-11/Pres 03/2009. "Kami belum bisa melakukan penahanan kedua pejabat itu," katanya..

Belakangan, Dimyati malah terpilih sebagai anggota DPR melalui daerah pemilihan Banten I. Dan kasus yang membelitnya itu masih mengambang, tanpa kejelasan, sampai kemudian Jampidsus menyatakan kasus itu sudah P21. (cok)

Rabu, November 11, 2009

Polri: Antasari yang Akan Lemahkan KPK

JAKARTA, MP - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Nanan Soekarna menyatakan, Polri memiliki rekaman bahwa mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar akan melemahkan lembaga antikorupsi itu.

Namun Nanan di Jakarta, Rabu, tidak secara tegas menyatakan bahwa Antasari akan melemahkan KPK.

Nanan hanya menampilkan potongan rekaman berisi ucapan Antasari di sela-sela penyidikan di Polda Metro Jaya sebagai tersangka pembunuhan Direktur Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnain.

"Cepat atau lambat, saya keluar (dari kasus pembunuhan), mungkin saya orang yang pertama katakan, tidak perlu KPK. Saya akan bicara itu," katanya.

Sayang Nanan tidak menjelaskan dalam konteks apa Antasari mengucapkan kata-kata itu.

Dilihat dari penampilan dan latar belakang, Antasari mengucapkan hal itu saat memberikan keterangan ke penyidik.

Antasari dalam rekaman itu memakai baju tahanan Polda Metro Jaya warna oranye dan memakai celana pendek warna abu-abu.

"Detail masalah itu, nanti saja di persidangan," kata Nanan.

Mantan Kapolda Sumatera Utara ini menayangkan rekaman itu untuk membantah bahwa Polri akan melemahkan atau mengerdilkan KPK.

Sebelumnya, pascamenyidik Antasari dalam kasus pembunuhan, Polri menetapkan dua pimpinan KPK yakni Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah sebagai tersangka penyalahgunaan wewenang dan suap.

Nanan mengatakan, Polri menyidik Bibit dan Chandra berdasarkan laporan Antasari.

Pada 16 Mei 2009, saat ditahan, Antasari membuat testimoni bahwa ada dugaan suap kepada penyidik dan pimpinan KPK.

Tanggal 15 Juni 2009, testimoni itu baru diserahkan ke penyidik Polda Metro Jaya.

"Pada 26 Mei 2009, saat penyidik ke KPK untuk menyita barang bukti kasus pembunuhan, testimoni itu belum diketahui penyidik," kata Nanan.

Tanggal 11 Juni 2009, Antasari menerangkan ke penyidik bahwa ada barang bukti yang ada dalam laptop dan masih berada di ruang kerjanya di KPK.

"Atas permintaan Antasari dan didampingi pengacara Juniver Girsang, penyidik datang ke KPK untuk mengambil laptop tersebut," katanya.

Ia mengatakan, saat mengambil laptop, ada perdebatan antara Antasari dengan pimpinan KPK, namun akhirnya laptop bisa diambil karena Antasari menegaskan bahwa ruang kerja Ketua KPK masih sebagai ruang kerjanya.

Bahkan, Antasari yang menunjukkan file berisi rekaman dan testimoni dugaan suap ke pimpinan KPK.

"Jadi, Polri tahu isi laptop ada barang bukti atas petunjuk Antasari," katanya.

Pada 15 Juni 2009, Antasari minta penyidik membuat laporan resmi, namun ditolak dan permintaan itu diulang beberapa kali.

Tanggal 6 Juli 2009, Antasari dengan diantar penyidik membuat laporan resmi tentang dugaan penyuapan sehingga dipakai oleh polisi sebagai dasar penyidikan.

"Penyidik tidak pernah memaksa atau merekayasa testimoni Antasari, bahkan tahu hal itu setelah diberitahu Antasari," ujar Nanan.(red/*an)

Selasa, November 10, 2009

LSM GACD Laporkan Anggodo ke KPK

JAKARTA, MP - Direktur Eksekutif LSM Government Againts Corruption dan Discrimination (GACD) Andar Situmorang melaporkan Anggodo Widjojo, adik kandung Anggoro Widjojo yang menjadi buron KPK, ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Senin (9/11) atas dugaan menghalangi penyidikan perkara korupsi oleh KPK kepada PT MR.

"Bukti laporan LSM GACD ke KPK No: 2009-11-000144 tanggap 9 November 2009 dengan dugaan bahwa Anggodo melanggar pasal 21 UU No.31 tahun 1999 c.q UU 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)," kata Andar Situmorang di Jakarta, Selasa (10/11) malam.

Menurut Andar, Anggodo Widjojo diduga sengaja menghalangi penyidikan KPK perkara korupsi suap atau gratifikasi yang dilakukan oleh PT MR.

"Kami minta agar KPK segera menangkap Anggodo yang diduga jelas melalulkan penyuapan kepada pimpinan KPK," katanya.

Dia mengatakan, dari bukti rekaman percapakan Anggodo dengan sejumlah oknum pejabat Polri dan Kejakgung pada (3/11) di Mahkamah Konstitusi (MK) seharusnya pihak Kepolisian dapat menetapkan Anggodo sebagai tersangka, namun sampai saat ini status Anggodo masih sebagai saksi pelapor.

Dalam laporan kepada KPK, Andar menyatakan, kurigian moril telah dilami oleh seluruh rakyat Indonesia, sedang kurugian materiil berupa dugaan tindak pidana suap dan erniat untuk menghalangi penyelidikan dari PT MR.

Sebelumnya, penyidik Badan Reserse Kriminal Polri telah menyiapkan tujuh sangkaan kepada pengusaha Anggodo Widjoyo menyusul terbongkarnya rekaman pembicaraan pada persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK) soal rekayasa kasus terhadap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Penyidik sedang mengupayakan enam pasal untuk mencoba menjaring dia. Bahkan, nanti bisa saja menjadi tujuh pasal," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Nanan Soekarna di Jakarta, Selasa.

Pasal yang dimaksud Nanan adalah pasal dalam KUHP dan pasal dalam UU yang berlaku.
Kendati telah menyiapkan sederetan jeratan, namun penyidik Polri hingga kini belum menetapkan Anggodo sebagai tersangka dengan alasan belum memiliki alat bukti permulaan yang cukup.

Polri, katanya, akan maksimal dalam mengusut kasus yang melibatkan Anggodo. "Jika sudah ada bukti kuat ya akan menjadi tersangka. Polri tidak akan memaksakan sebagai tersangka tanpa bukti awal," katanya.
Ia berharap, dengan upaya maksimal, Polri dapat memenuhi dan mengakomodasi rasa keadilan yang dirasakan masyarakat.

Anggodo kini sedang beristirahat di salah satu rumah kerabat dekatnya di Jakarta.
Pengacara Anggodo, Bonaran Situmeang mengatakan, pihaknya siap menghadirkan kliennya jika sewaktu-waktu dipanggil Polri."Dia sedan istirahat atas rekomendasi dokter karena kelelahan," kata Bonaran.(red/*an)

Wiliardi Sebut Kapolri Dalam Rekayasa Kasus Antasari

JAKARTA, MP - Mantan Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol Wiliardi Wizar, menyebut nama Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, terkait kasus mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar.

"Ini perintah pimpinan jenderal bintang II (Wakabareskrim Irjen Hadiatmoko--saat ini staf ahli Kapolri) ya kalau di atasnya kapolri lah," katanya saat menjadi saksi dalam persidangan dengan terdakwa Antasari Azhar, di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa.

Wiliardi Wizar juga menjadi terdakwa dalam kasus dugaan pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasruddin Zulkarnaen bersama-sama dengan Antasari Azhar, Sigit Haryo Wibisono, dan Jerry Hermawan Lo.

Wiliardi mengaku dirinya menyatakan pada pukul 10.00 WIB, bertempat di tahanan Mabes Polri didatangi Wakabareskrim, Irjen Hadiatmoko.

"Irjen Hadiatmoko meminta dirinya untuk mengikuti saja (dirinya mengaku sebagai pembunuh Nasruddin) penyidik agar bisa menaikkan berkas menjadi P21," katanya.

Mantan Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol Wiliardi Wizar, menyatakan kasus Antasari Azhar, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai tersangka pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasruddin Zulkarnaen merupakan rekayasa.

Ia menegaskan Irjen Hadiatmoko untuk berbicara sesuai keinginan pimpinan di Mabes Polri.

"Saya (Irjen Hadiatmoko) minta kamu ngomong saja. Kamu dijamin pimpinan, kamu tidak akan ditahan," katanya.

"Jam 00.30 WIB, saya dibangunkan penyidik (saat ditahan) ada istri saya, adik ipar saya. Bagaimana yang baik untuk menjerat Antasari Azhar, tapi dengan syarat besok saya pulang," katanya.

Namun, kata dia, besoknya keluar berita di televisi mengenai dirinya dalam kasus pembunuhan itu. "Padahal orang tua saya sedang sakit, anak masuk sekolah," katanya.

"Tapi nyatanya saya tetap ditahan dengan alasan ini perintah pimpinan, saya protes," katanya.

Ia menyatakan seluruh rekonstruksi itu jalannya pembunuhan Direktur PT PRB, adalah tidak benar.

"Saya tidak sebejat itu (melakukan pembunuhan)," katanya.(red/*an)
Related Posts with Thumbnails