
Aksi kekerasan tersebut menimpa siswa kelas I yang bernama Ade Fauzan Mahfuza. Informasi yang didapat, Ade dirawat di RS Pusat Pertamina (RSPP), Kebayoran, Jakarta Selatan.
Dalam percakapan melalui telepon, Ade membenarkan persitiwa tersebut terjadi. "Kejadiannya hari Selasa (3/11) mas," tutur siswa yang tinggal di kawasan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Dia menuturkan, persitiwa tersebut berawal saat ia melewati "Koridor gaza" yang merupakan wilayah "kekuasaan' senior kelas III. Dan pada akhirnya, Ade dipanggil oleh beberapa siswa kelas III dan bogem mentah pun hinggap di wajah siswa kelas I itu.
Tak puas menghujani Ade saat itu, usai jam sekolah ia pun kembali dihajar oleh seniornya. "Nah di situ saya merasa tidak sadarkan diri," ungkapnya.
Kini kondisi Ade meprihatinkan. Ia pun belum bisa kembali ke bangku sekolah. "Kondisi sekrang bengkak-bengkak. Mulut robek, bibir pecah," kata Ade dengan suara lemas.
Sementara itu Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 82 M Endang membenarkan adanya 'Jalur Gaza' dan senioritas di sekolahnya. Dia menyayangkan keluarga Ade Fauzan Mahfuza yang memperkarakan kasus yang dialami Ade pada polisi.
"Jalur Gaza dibikin oleh siswa sendiri. Kasus ini seharusnya kan bisa diselesaikan secara kekeluargaan, tapi kok di laporkan polisi. Saya menyayangkan," kata Endang.
Endang menuturkan, senioritas tersebut adalah kelas 1 harus menghormati kelas 3. Selain itu, pihak sekolah menyayangkan laporan keluarga korban ke pihak kepolisian.
Sementara itu Humas Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta Yusen Hardiman menyatakan, kekerasan yang terjadi di SMAN 8 dilakukan oleh oknum. "Itu kan hanya oknum. Masa dari 200-an siswa, semuanya melakukan pengeroyokan, kan nggak mungkin. Itu oknum," katanya.
Meski pihak Disdik belum mendapatkan informasi terkain bullyng tersebut, pihaknya akan melakukan pengecekan kebenaran informasi tersebut.
Jika benar siswa melanggar peraturan, apakah berkelahi dan lain sebagainya, maka diberlakukan sesuai sanksi yang berlaku. "Siswa kan menandatangani tata tertib pas masuk sekolah," ungkapnya.
Telusuri Kasus
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto, menyayangkan kembali terjadinya kekerasan di sekolah. "Saya akan terlusuri lebih lanjut," kata Taufik.
Taufik menambahkan, kejadian ini harus segera diproses secara hukum. "Jika ada yang bersalah kenakan sanksi sesuai perbuatannya," jelasnya.
Meski begitu, ia berharap kekerasan ini tak terjadi lagi di sekolah-sekolah. Sebelumnya, peristiwa tersebut terjadi di SMAN 82 Jakarta Jl. Daha II/15A Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa (3/11). "Kejadiannya hari Selasa (3/11) mas," tutur siswa yang tinggal di kawasan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Dia menuturkan, persitiwa tersebut berawal saat ia melewati "Koridor gaza" yang merupakan wilayah "kekuasaan' senior kelas III.
Dan pada akhirnya, Ade dipanggil oleh beberapa siswa kelas III dan bogem mentah pun hinggap di wajah siswa kelas I itu. Tak puas menghujani Ade saat itu, usai jam sekolah ia pun kembali dihajar oleh seniornya.
"Nah di situ saya merasa tidak sadarkan diri," ungkapnya. Kini kondisi Ade meprihatinkan. Ia pun belum bisa kembali ke bangku sekolah. "Kondisi sekrang bengkak-bengkak. Mulut robek, bibir pecah," kata Ade dengan suara lemas.(cok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar