Sponsor

Senin, Mei 25, 2009

Tujuh Pembunuh Wartawan Radar Ditangkap

DENPASAR, MP - Tujuh tersangka pelaku pembuhunan terhadap AA Narendra Prabangsa (43) wartawan Radar Bali ditangkap pihak kepolisian di tempat terpisah di sejumlah tempat di Kabupaten Bangli, Bali. Penangkapan terhadap mereka dilakukan secara maraton oleh petugas kepolisian sejak Minggu hingga Senin (25/5) dinihari.

Kapolda Bali Irjen Pol T Ashikin Husein di Denpasar, Senin (25/5) kemarin sore mengatakan pihaknya telah menetapkan tujuh tersangka atas kasus pembunuhan yang menewaskan korban Prabangsa.

"Dari hasil penyelidikan, termasuk melalui tes DNA dan penelitian di laboratorium forensik dan yang lainnya, kami menetapkan tujuh tersangka pelaku dalam kasus tersebut," katanya.

Mereka adalah I Nyoman Susrama adik kandung Bupati Bangli I Nengah Arnama yang dalam kasus ini selaku aktor intelektual.

Selain aktor intelektual, dua tersangka diketahui telah bertindak sebagai eksekutor dalam pembunuhan itu, yakni I Nyoman Rencana dan I Komang GD Wardana.

Keduanya juga bertugas membuang mayat korban di dekat Pantai Padangbai, Kabupaten Karangasem, Bali.

Empat tersangka lain yaitu Komang Gede berperan sebagai penjemput korban, Dewa Sumbawa sebagai sopir Susrama, serta Endy dan Jampes sebagai tukang bersih darah korban yang berceceran, baik di tempat "eksekusi" maupun di mobil yang digunakan membuang mayat korban.

Mengenai motif pembunuhan, Kapolda mengatakan berlatarbelakang sakit hati terkait berita yang ditulis korban di surat kabar harian Radar Bali, yang secara gamblang menyoroti kasus penyimpangan di sejumlah proyek pada Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bangli.

"Itu terkait pemberitaan yang mengulas penyimpangan pada sejumlah proyek di Disdik Bangli," katanya.

Pembunuhan terhadap korban berawal ketika korban dihubungi melalui ponsel oleh seseorang yang berjanji bertemu di suatu persimpangan jalan di Kota Bangli pada 11 Februari 2009 lalu.

Ia mengatakan seseorang yang menjemputnya menggunakan mobil, dan Prabangsa diajak ke rumah Susrama di Banjar Petak, Bebalang, Kabupaten Bangli. Di rumah itu sudah menunggu dua orang eksekutor, termasuk Susrama sendiri.

Para eksekutor menghantam bagian kening dan bagian tubuh Prabangsa yang lain dengan menggunakan potongan kayu.

Mengetahui korbannya sudah tidak bernyawa, Susrama memerintahkan kedua eksekutor untuk membuang mayat Prabangsa di Pantai Padangbai.

Lima hari kemudian, yakni pada 16 Pebruari 2009 mayat korban ditemukan nelayan dalam keadaan terapung di permukaan laut pantai itu.

Untuk pengusutan lebih lanjut, enam tersangka ditahan di markas Polda Bali di Denpasar, sementara Susrama yang juga anggota DPRD Bangli hasil pemilu 2009 ditahan di markas Brimob Polda Bali.

Terkait Pemberitaan

Sementara itu AA Narendra Prabangsa (43), wartawan Radar Bali, terungkap "dieksekusi" mati terkait dengan pemberitaan yang ditulis korban mengenai adanya penyimpangan pada sejumlah proyek di Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli.

Kapolda Bali Irjen Pol T Ashikin Husein di Denpasar, mengatakan, dari hasil penyelidikan yang dilakukan pihaknya diketahui bahwa ada orang yang sakit hati karena pemberitaan yang ditulis Prabangsa, sehinggga korban kemudian dihabisi nyawanya.

Redaktur Pelaksana Radar Bali Made Rai Warsa yang siang itu datang dengan keluarga korban ke markas Polda Bali, membenarkan hal tersebut.

"Korban memang sempat menulis berita terkait dengan proyek di Disdik Bangli. Berita ditulis dalam tiga penerbitan yakni pada 3 Desember 2008, serta berturut-turut 8 dan 9 Desember 2008," kata Rai.

Dikatakan, berita yang ditulis Prabangsa antara lain menyoroti penyimpangan sejumlah proyek di Disdik yang pengadaannya tidak dilakukan melalui tender, melainkan penunjukan langsung.

Diperoleh keterangan, yang ditunjuk langsung untuk menangnai sejumlah proyek di Disdik tersebut adalah I Nyoman Susrama, adik kandung Bupati Bangli I Nengah Arnawa, yang kini dijerat sebagai tersangka pelaku pembunuhan terhadap korban Prabangsa.

Kapolda mengatakan bahwa Susrama yang telah ditetapkan sebagai anggota DPRD Bangli hasil pemilu yang baru lalu, terungkap selaku aktor intelektual dalam kasus tersebut.

Selain Susrama, polisi juga menangkap enam tersangka lain yang antara lain berperan selaku eksekutor, pembuang mayat, pembersih darah korban yang sempat tercecer, dan supir pribadi Susrama.

Aksi pembunuhan itu berawal dari dihubunginya Prabangsa lewat ponselnya untuk bertemua di sebuah persimpangan jalan di Bangli, 11 Pebruari 2009.

Untuk kepentingan menjemput korban, Susrama meminta tersangka Komang Gede (KG) dan I Komang GD Wardana alias Mangde (MD) melakukan itu.

Menggunakan mobil Honda Civik LX warna hijau muda metalik, KG dan MD lagsung membawa Prabangsa ke rumah Susrama di Banjar Petak, Bebalang, Kabupaten Bangli.

Tak lama setelah Prabangsa tiba di rumah itu, Susrama datang bersama supirnya Dewa Sumbawa (DS), menggunakan mobil Kijang Krista warna hitam.

Selanjutnya korban dibawa ke belakang rumah dengan cara tangan dilipat ke belakang oleh MD. Bersamaan dengan itu, RC dengan sepotong balok yang dipegangnya, langsung memukul bagian kepala Prabangsa hingga korban rebah.

Pukulan bertubi-tubi terus diarahkan ke tubuh Prabangsa hingga korban tewas di tempat.

Mengetahui korbannya tak lagi bernyawa, Susrama memerintahkan kepada MD dan RC untuk membuang jenazah korban ke Pantai Padangbai, Kabupaten Karangasem.

Sementara kepada dua orang yang lain yang ada di rumah itu, Endy (ED) dan Jampes (JP), oleh Susrama diminta membersihkan darah korban yang tercecer di belakang rumah.

Lima hari setelah "eksekusi" dilakukan, yakni pada 16 Pebruari 2009, jenazah korban ditemukan mengambang di dekat Pantai Padangbai, Karangasem.

Untuk pengusutan lebih lanjut, enam tersangka ditahan di markas Polda Bali, sedangkan Susrama meringkuk di rumah tahanan Satbrimob Polda Bali.

Menahan Tangis

AA Sagung Mas Prihantini (37), istri almarhum AA Narendra Prabangsa (43), wartawan Radar Bali yang tewas dibunuh, tak kuasa menahan air mata saat bertemu pejabat polisi.

Di hadapan Kapolda Bali Irjen Pol T Ashikin Husein, Prihantini dengan suara terbata-bata mengucapkan terima kasih atas kerja keras polisi yang telah berhasil meringkus tujuh tersangka pembunuh suaminya.

"Terima kasih Pak Kapolda. Terima kasih semua anggota Polri yang ada di sini," kata Prihantini sambil tak kuasa menahan air matanya.

Didampingi dua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SD, Prihantini tampak tak kuasa melanjutkan kata-katanya.

Selain istri korban, Made Rai Warsa, pimpinan Radar Bali juga datang menemui Kapolda untuk menyampaikan kata-kata penghargaan.

"Kami datang untuk mengucapkan terima kasih dan menghargai kerja keras polisi yang telah berhasil mengungkap kasus pembunuhan yang menimpa wartawan kami," ujar Rai Warsa, yang Redpel pada Radar Bali.

Menanggapi itu, Kapolda menyebutkan bahwa keberhasilan ini adalah hasil kerja keras semua pihak.

"Tidak hanya kami polisi, tetapi juga masyarakat lain, termasuk para wartawan yang kami minta kompromi untuk tidak menyoroti terlalu dalam kasus tersebut," ucapnya.

Ternyata, kata dia, para wartawan mengerti itu, sehingga apa yang diburu petugas akhirnya dapat diringkus semuanya.

Rai Warsa berharap kasus yang menimpa Prabangsa merupakan kejadian yang terakhir kali, sehingga tidak menjadi ancaman berat bagi para jurnalis dalam melaksanakan tugasnya di lapangan.** (ant/cr1/mp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails